SIRAH NABAWIYAH

Muawiyah: Antara Thymos dan Hilmnya

Cara pandang seperti ini sangat penting mengingat di masa itu kehormatan sangat dijunjung tinggi, meskipun suatu suku atau komunitasnya bukan Muslim. Apalagi yang Muslim. Orang-orang di zaman itu, terutama di Arab, Khurasan, Syam, dan Mesir haus akan kehormatan yang luhur.

Dengan adanya futuhat besar-besaran dan politik otonomi daerah di wilayah Kekhalifahan, mereka yang Muslim atau baru memilih Islam sebagai agamanya, bisa turut merasakan nikmatnya hasrat pengakuan. Bukan sekedar dihormati, tapi juga mendapat pengakuan luas dari bangsa asing sekalipun.

Bagaimana dengan potensi ulama kalangan shahabat dan tabi’in? Bukankah komando umat Islam ada pada mereka? Para shahabat Nabi yang bersebarangan dengannya dalam pandangan politik, beliau sibukan dengan ilmu dan menyebarkan ilmu kenabian. Itu mengapa, di Makkah, Madinah, Mesir, Damaskus, Bashrah dan Kufah saat itu terjadi ledakan intelektual, baik di ilmu tafsir Al Quran, qiroat, hadits, fiqih maupun siroh.

Muawiyah berhasil membuat para ulama benar-benar menyalurkan hasratnya dalam menebarkan warisan Nabi, ilmu kitabullah dan sunnah. Maka para shahabat yang tadinya berseberangan dengannya, seperti Ahlul Bait Nabi, termasuk Aisyah, keluarga Ali bin Abi Thalib dan keluarga Abbas sudah tersibukan dengan mendidik generasi, bukan sibuk dengan politik.

Maka benarlah, ada satu hukum yang tidak berubah sepanjang zaman kendati silih bergantinya peradaban adikuasa. Bahwa, pemimpin dan negarawan ulung ialah yang bisa mengakomodir hasrat serta cita-cita orang-orang di bawahnya dalam memperoleh pengakuan, juga kehormatan. Muawiyah sangat pandai mengelola itu semua, khususnya kepada tetua ratusan suku di bawah naungan kekhalifahannya; termasuk juga wibawa para ulama shahabat dan shahabiyah di masanya.

Khalifah Muawiyah membawa umat Islam berdiri dengan kepala tegak di antara peradaban-peradaban terkuat. Penyakit perpecahan Islam berhasil diatasi dengan kecerdikannya.

Boleh dikatakan, tidak ada satupun kekuatan asing di dunia yang menyetarai pencapaian peradaban Islam masa Muawiyah selain Byzantium. Itu pun wilayah para kaisar ini banyak ‘dicopot dengan semena-mena’ oleh peradaban yang bermula dari Hijaz ini.

Ilham Martasyabana
Penggiat Sejarah Islam

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button