RESONANSI

Negara Minta Maaf pada Soekarno?

Soekarno tidak mau membubarkan PKI, dengan alasan bahawa Komunis yang dia maksudkan adalah Marxisme, yang sangat berbeda dengan komunis yang dituduh oleh mahasiswa dan TNI sebagai dalang kekejaman membunuh para Jenderal.

Suasana politik makin kacau, sehingga pada 11 Mac 1966 Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto untuk mengendalikan keadaan. Oleh Soeharto, surat itu digunakan untuk menjatuhkan Soekarno.

Dia ‘dipenjarakan’ di Wisma Yaso, Jakarta. Kesihatannya terus memburuk. Akhirnya, pada hari Ahad, 21 Jun 1970 ia meninggal dunia di RSPAD (Hospital Tentera).

Misi besar Soekarno membuat ia lupa akan masalah asas rakyat, seperti dia membangun Tugu Monas dan Gedung Olah Raga di saat rakyat tengah kesusahan, menganggap kecil pembunuhan para Jeneral oleh PKI dan sebagainya.

Pada 1 Disember 1956 Mohammad Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. karena merasa tidak sehaluan lagi, juga orang-orang dekat Bung Karno seperti Sjahrir, Amir Syarifuddin, Tan Malaka, Moh Natsir, dan lainnya-satu per satu menjauh darinya.

Soekarno berjalan sendiri dan mengangkat dirinya sebagai formatif untuk membentuk kabinet tanpa adanya campur tangan partai politik. Soekarno juga menutup media yang dianggap sebagai anti revolusioner.

Beberapa tokoh Islam politik dipenjarakan dan partai Islam Masyumi dibekukan, karena mengancam stabilitas bangsa dan kekuasaannya.

Dan memang selama Orde lama kepimpinan dalam masyarakat Indonesia lebih banyak mengandung sifat autoriter (memerintah tidak dengan cara demokrasi, tetapi selalu memaksakan kehendak) daripada demokrasi.

Pada masa demokrasi terpimpin` sejak tahun 1957 peranan partai menurun, hanya sebagai penyalur formal suara masyarakat. Peranan partai dalam mengambil keputusan diambil alih oleh orang-orang dekat Soekarno yang didominasi oleh orang-orang PKI.

Diperlukan restu Presiden dalam pembentukan dewan pimpinan partai agar partai tidak menjadi penentang Soekarno sebagai penguasa tunggal, tanpa adanya pengaruh Partai Politik.

Pada saat itu hanya ada tiga kekuatan iaitu PKI, ABRI dan Soekarno sebagai penyeimbang. Demokrasi terpimpin ini diperlakukan karena Soekarno trauma dengan “Demokrasi Liberal” multi partai yang menurutnya banyak mendatangkan masalah.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button