MAHASISWA

Pemimpin, Pilih Lip Service atau Real Service?

Yahudi bingung, keadilan yang dicarinya malah menghasilkan sebuah tulang. Apa maksudnya? Tapi, berbeda dengan sang gubernur. Mendapat oleh-oleh tulang bertanda silang, gubernur pucat pasi. Ia paham betul maksudnya. Amirul Mukminin berpesan melalui simbol silang di tulang: “akan kupenggal lehermu jika kau tak adil.” Sederhananya begitu.

Bayangkan dengan pemimpin hari ini. Jauh berbeda. Sudah berapa rumah rakyat yang digusur penguasa. PKL yang bayar biaya keamanan ke preman, gak jarang dapat gusuran juga. Banyak juga gelandangan yang gak punya rumah. Sehari-hari ia mendorong gerobagnya sembari memulung sampah. Gak punya rumah dibiarkan, punya rumah gak berijin digusur, punya rumah mewah dipalak juga. Kok gak ada yang enak ya, ngerugiin rakyat semua.

Beda ya pemimpin lip service dengan real service. Beginilah gambaran politik di atas kapitalisme. Pemimpin melakukan segala sesuatu atas dasar untung rugi, bukan kesejahteraan rakyat. Tak masalah rakyat dipuk-puk sejenak agar tak menangis, sang bapak melanjutkan kezalimannya. Berbagai bualan dilontarkan untuk melayani rakyatnya, sekedar menenangkan.

Berbeda dengan Islam. Seorang pemimpin dalam sistem Islam tegak atas dasar kesadaran di hadapan Ilahi. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas perut, kepala, kaki, tangan seluruh rakyatnya. Ia sangat takut rakyat akan menuntut haknya kelak di akhirat. Maka setiap kebijakan dipilih dan dipilah dengan hati-hati. Ia sadar, tampuk kekuasaan di pundaknya adalah menjadikan ia sebagai pelayan. Sang pelayan umat. Kepemimpinan di atas paradigma inilah yang melahirkan the real service. Kalau sudah begini, ingin sistem Kapitalisme menetap atau sistem Islam tegak?

Keni Rahayu, Influencer Dakwah Millenial

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button