Perempuan-perempuan Uighur Diperkosa Secara Sistematis di Kamp China
Jakarta (SI Online) – Para perempuan Uighur telah diperkosa dan disiksa secara sistematis di kamp “pendidikan ulang” yang didirikan pemerintah China.
Pria-pria tersebut selalu mengenakan masker walaupun saat itu pandemi belum melanda, kata Tursunay Ziawudun, salah seorang perempuan Uighur yang menjadi korban.
Mereka memakai setelan resmi, namun bukan seragam polisi.
Mereka kadang datang ke sel-sel lewat tengah malam untuk memilih perempuan yang mereka inginkan dan membawanya melewati lorong menuju ke sebuah “kamar gelap”, yang tidak ada kamera pengawas.
Selama beberapa malam, menurut Ziawudun, para pria ini menyekapnya.
“Mungkin ini adalah luka yang tidak akan pernah saya lupakan selamanya,” kata Ziawudun.
“Saya bahkan tidak ingin menceritakan kisah ini langsung dari mulut saya,” lanjutnya.
Tursunay Ziawudun menghabiskan waktu selama sembilan bulan di dalam sebuah kamp rahasia yang luas di wilayah Xinjiang, China.
Berdasarkan estimasi independen, lebih dari satu juta pria dan perempuan ditahan di kamp-kamp yang disebut China sebagai “tempat pendidikan ulang” bagi orang-orang Uighur dan etnis minoritas lainnya.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah China secara bertahap mencabut kebebasan beragama dan kebebasan lainnya dari orang Uighur, yang berujung pada sistem pengawasan massal, penahanan, indoktrinasi, dan bahkan sterilisasi paksa.
Kebijakan tersebut berasal dari Presiden China, Xi Jinping, yang mengunjungi Xinjiang pada 2014 setelah serangan oleh pejuang Uighur.
Tak lama kemudian, menurut rangkaian dokumen yang bocor ke New York Times, dia memerintahkan pihak berwenang setempat untuk mengatasinya “benar-benar tanpa ampun”.
Bulan lalu, pemerintah AS mengatakan bahwa tindakan China merupakan aksi genosida. China mengatakan berbagai laporan tentang penahanan massal dan sterilisasi paksa merupakan “kebohongan dan tuduhan tidak masuk akal”
red: a.syakira
sumber: bbc news indonesia