Pramono Edhie Wibowo Meninggal: Mantan KASAD, Putra Jenderal Penumpas PKI
Jakarta (SI Online) – Innalillahi wa innailaihi rajiun. TNI Angkatan Darat kembali ditinggal oleh salah satu purnawirawan jenderalnya.
Setelah beberapa waktu lalu mantan KASAD sekaligus mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso meninggal, pada Sabtu malam 13 Juni 2020, mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo juga dikabarkan meninggal dunia.
Adik dari almarhumah Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono) -istri mantan Presiden SBY-, merupakan salah satu tokoh militer di Indonesia yang pernah menduduki berbagai jabatan strategis.
Berbagai jabatan di lingkup TNI pernah diembannya, seperti Komandan Jenderal Kopassus, Pangdam III Siliwangi, Pangkostrad, hingga Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad).
Berasal dari keluarga TNI, darah militer Pramono mengalir dari sang ayah, Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Prabowo yang dikenal sebagai tokoh penumpas Gerakan 30 S/PKI yang kala itu menjabat Komandan RPKAD (kini Kopassus).
Dengan latar belakang keluarga yang juga berasal dari militer, perjalanan karier lulusan Akademi Militer angkatan 1980 itu di kancah militer terbilang cukup bersinar
Selepas lulus Akmil, Pramono ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) TNI AD, perwira Operasi Grup I Kopassandha pada tahun 1981, dan Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha pada 1984.
Kopassandha adalah cikal bakal Kopassus, pasukan elite TNI AD, setelah berganti nama dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Pada tahun 1995, Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), dan satu tahun kemudian menjabat sebagai Perwira Intel Operasi grup I Kopassus.
Bernaung dalam Kopassus, Pramono kemudian menjabat sebagai Wakil Komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996, dan setelah dua tahun terpilih menjadi Komandan Grup 1/Kopassus.
Karier sosok kelahiran Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, 5 Mei 1955 itu terus berkembang memasuki era reformasi, apalagi saat Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden menggantikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada 2001, Pramono terpilih menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri dan pada tahun yang sama menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Suami dari Kiki Gayatri Soepono dan ayah dua anak kemudian dipercaya menjabat sebagai Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI pada 2004.
Perjalanan karier Pramono terus meningkat hingga menjadi Wakil Danjen Kopassus pada 2005, Kepala Staf Kodam IV/Diponegoro pada tahun 2007, serta Danjen Kopassus pada 2008 hingga 2009.
Karier Pramono semakin cemerlang ketika era kepemimpinan Presiden SBY hingga dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) pada Juni 2011, sebelum pensiun secara resmi dari militer pada Mei 2013.
Kecermalangan Pramono ditunjukkan dengan deretan tanda jasa kehormatan negara yang dianugerahkan kepadanya selama berdinas. Bintang Mahaputra Utama, Bintang Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Jalasena Utama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama.
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi, Darjah Utama Bakti Cemerlang (Tentera/Singapura), Meritorious Service Medal, dan sejumlah tanda jasa lainnya menghiasi riwayat hidupnya.
Purna dari militer, paman Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu memilih menapaki dunia politik dengan bergabung di Partai Demokrat dan hingga akhir hidupnya menjabat sebagai anggota Dewan Pembina Partai Demokrat.
red: a.syakira
sumber: Antara