OPINI

Wakaf di Tengah Pandemi

Dalam konteks perekonomian, pandemi korupsi jauh lebih dahsyat daripada pandemi Covid. Pandemi korupsi daya rusaknya tidak terukur, tidak bisa diisolasi, melumpuhkan semua sendi negara. Pandemi korupsi membuat semua langkah pemerintah mentah, semua inisiatif perbaikan ekonomi tidak bisa mencapai sasaran, melumpuhkan penegakan hukum, dan menghancurkan mentalitas bangsa bergenerasi.

Pandemi korupsi juga membuat semua usaha pemerintah menjadi sia sia. Untuk apa mencari utangan Rp5-10 triliun dari negara lain kalau korupsi puluhan triliun semacam Jiwasraya dibiarkan terus berulang terjadi? untuk apa berjibaku menambal APBN kalau program darurat bansos saja dikorupsi? Bagaimana mau melakukan sesuatu untuk membangun ekonomi kalau semua kandas dikorupsi?.

Pandemi korupsi menurunkan kepercayaan pasar, menurunkan kepercayaan masyarakat. Bahkan para bandit sendiri tidak mau uang hasil korupsinya dikorupsi lagi oleh orang lain, buktinya dana 11.000 triliun yang berkeliaran di luar tidak bisa dibujuk masuk ke Indonesia. Bagaimana mau membujuk wakaf masyarakat?

Jika pemerintah berkomitmen untuk membangun ekonomi, maka pemberantasan korupsi harus dilakukan dalam prioritas pertama, dilakukan secara besar besaran, dengan penanganan yang luar biasa, menyeluruh, hingga ke akar persoalan. Tidak ada kata terlambat. Tanpa itu, Indonesia tidak akan kemana mana.

Dalam konteks wakaf ini kita tidak boleh lupa bahwa wakaf bisa terjadi tidak terlepas dari sebuah ajaran, tentang keimanan, tentang bukti ketakwaan seseorang.

Saya sering ditanya “Pak apakah dana wakaf yang potensinya ribuan triliun ini bisa menjadi solusi bagi pembangunan ekonomi Indonesia?”, jawabannya jelas bagi saya, tidak! Ini jika wakaf hanya dilihat dari perspektif angka saja maka wakaf tidak akan ada artinya. Ribuan triliun APBN tidak menjamin rakyat sejahtera, tidak menjamin Indonesia menjadi negara maju.

Nah, tapi jangankan wakaf ribuan triliun rupiah, wakaf sebesar Rp50 juta pun akan membuat Indonesia maju jika itu lahir dari Presiden yang bertakwa, menteri menteri yang bertakwa, pemimpin-pemimpin yang bertakwa. Semoga.

Heppy Trenggono
Pendiri Indonesian Islamic Business Forum (IIBF)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button