NUIM HIDAYAT

Waspadai Komunisme Gaya Baru di Indonesia

Hilmar Farid ketika menyatakan diri bahwa ia anti Orde Baru dan pro PKI, masyarakat kaget. Sebab, doktor lulusan Singapura ini bukan orang sembarangan. Ia kini menjabat sebagai Dirjen Kebudayaan di Kemendikbud.

Tentu ideologi yang dipegang Farid berdampak pada kebijakannya. Maka tidak heran kemudian muncul masalah tentang buku “Kamus Sejarah Indonesia.” Kamus yang disusun Tim Farid ini menimbulkan polemik karena tidak memuat beberapa tokoh Islam dan tidak menyalahkan PKI dalam sejarah Indonesia.

Budiman Sujatmiko, mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) kini perannya lain lagi. Ia yang kini aktif di PDIP sedang mendirikan Bukit Algoritma di Sukabumi. Proyek yang menelan biaya triliunan ini direncanakan akan menampung ilmuwan-ilmuwan Indonesia untuk berinovasi. Ia ingin meniru Amerika dengan Silicon Valley nya.

Seperti diketahui, PRD yang berdiri tahun 90an adalah beriodeologi komunis. Lembaga itu diawaki anak-anak muda beraliran kiri dan dibina oleh senior-senior pro PKI. Pramudya Ananta Toer adalah salah satu pembinanya. Lembaga ini berperan besar dalam penggulingan Soeharto. Dan memang tujuannya untuk itu. Membalaskan dendam keturunan PKI terhadap berbagai kebijakan Soeharto yang membuat mereka menderita.

Partai Golkar dan PDIP beberapa kali diketahui mengirimkan kader-kadernya untuk belajar kepada China. Pengiriman kader ini jangan dianggap enteng. Karena Partai Komunis China telah siap dengan program pembinaan yang canggih untuk menanamkan ideologi sosialis atau materialismenya. Maka jangan heran banyak kader kedua partai ini berideologi pluralisme agama. Menganggap bahwa agama tidak penting dalan kehidupan bernegara, yang penting adalah kerja, kerja, kerja.

Jokowi, Megawati, Prabowo dan Luhut begitu kagum dengan kemajuan China. Jokowi dan Luhut bahkan mendatangkan investasi besar-besaran dari China. Di samping juga mereka membuka tangan terhadap kehadiran TKA dari China. Prabowo juga memuji kemajuan China. Menurutnya China berhasil mengatasi pengangguran dalam waktu singkat. Megawati untuk menunjukkan hubungan akrabnya dengan PKC, maka Juli 2021 lalu ia mengucapkan selamat ulang tahun kepada partai yang mengendalikan 1,4 miliar penduduk itu.

Melihat fenomena ini maka Komunisme Gaya Baru memang sedang tumbuh di Indonesia. Komunisme di sini bukan berarti menjelma seperti PKI, tapi ideologinya dikagumi banyak tokoh di tanah air. Kegemilangan Cina untuk menjadi negara super power menyaingi Amerika saat ini, menjadikan banyak pejabat kita ingin meniru Cina. Padahal secara budaya dan politik, Indonesia berbeda dengan Cina. Baca juga: Politik Pemerintah Menjiplak China

Beberapa tokoh yang pro komunis, juga ingin bermertamorfosa menjadi sosialis demokrat. Mereka ingin membawa komunis seperti di Eropa. Pandangan mereka sosialis dan menerima demokrasi. Ideologi ini parahnya menyamakan semua agama dan bahkan menganggap bahwa agama tidak penting. Yang penting bertuhan atau berspiritual. Yang penting tenteram hidupnya, apapun agama yang dipeluknya atau ia tidak memeluk satu agama apapun. Yang penting bisa kerja, nggak penting itu doa.

Inilah berbagai varian KGB. Ada yang mengidolakan negara China, ada yang pro PKI dan ada pula yang menganut ideologi sosialis demokrat.

Tentu dalam era demokrasi saat ini, sah-sah saja mereka menganut ideologi apapun. Karena meski ada pelarangan penyebaran komunisme dan Marxisme dalam Tap MPR, kenyataannya buku-buku Marx, Hegel, Pramudya Ananta Toer dll beredar bebas di tanah air.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button