22 Persen Mahasiswanya Disebut Terpapar Radikalisme, Ini Penjelasan UNEJ
Jember (SI Online) – Universitas Jember memberi penjelasan terkait pemberitaan bahwa 22 persen mahasiswa di kampus tersebut terpapar radikalisme.
Diberitakan 22 persen dari 15.567 mahasiswa Universitas Jember terpapar radikalisme. Berita itu didasarkan pada hasil pemetaan yang dilakukan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) pada akhir 2017 hingga awal 2018.
Ketua Tim Pemetaan Pemikiran Keagamaan di Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter dan Ideologi Kebangsaan (P3KIK) LP3M Unej Akhmad Munir memaparkan hasil pemetaan radikalisme di kalangan mahasiswa Universitas Jember (Unej) dalam konferensi pers yang digelar Unej di aula Lantai 2 Gedung Rektorat Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (26/11/2019).
“Pemetaan itu dilakukan dalam rangka deteksi dini dan melihat sejauh mana potensi benih-benih pandangan radikalisme mahasiswa di Unej dan pemetaan tersebut dilakukan pada tahun 2017, sehingga bukan data baru,” kata Munir di Kampus Unej.
Universitas Jember menggelar konferensi pers karena maraknya pemberitaan hasil penelitian yang disampaikan Ketua LP3M Unej Dr Akhmad Taufiq saat Festival HAM pada 20 November 2019 yang menyebutkan sebanyak 22 persen dari 15.567 mahasiswa Unej terpapar radikalisme. Namun, BNPT justru menyebutkan tren mahasiswa Unej yang terpapar radikalisme meningkat dibandingkan data tersebut.
Menurut Munir hasil pemetaan mahasiswa terpapar radikalisme yang disampaikan Ketua LP3M Unej sudah benar, namun data tersebut bersifat internal dan khusus untuk lembaga Unej demi perbaikan kelembagaan dalam perspektif kampus kebangsaan. Data tersebut seharusnya tidak disampaikan kepada publik. Selain itu, hasil pemetaan tersebut sudah ditindaklanjuti ke dalam sejumlah agenda.
“Di antaranya rekonstruksi pengembangan kurikulum mata kuliah pendidikan agama Islam yang berorientasi pada keseimbangan perspektif keislaman dan kebangsaaan seperti tema teologi kebangsaan, demokrasi dan HAM dalam Islam, dan sebagainya,” tutur Munir.
Selain itu, lanjut dia, dilakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan melibatkan organisasi Islam yang berprinsip moderat, kemudian pembinaan dan penataan masjid kampus, serta laboratorium pesantren dengan membina langsung mahasiswa oleh para kiai berpaham ahlussunnah wal jamaah.
“Ditambah lagi konseling keislaman oleh dosen-dosen pendidikan agama Islam dengan tujuan agar mahasiswa memegang prinsip moderatisme Islam karena LP3M merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan agenda tersebut,” ucapnya.
Munir menjelaskan studi pemetaan tersebut dilakukan berdasarkan nama, alamat, nomor induk mahasiswa (NIM), dan fakultas, sehingga tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi populasi di seluruh mahasiswa Unej karena pemetaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi dari benih-benih keagamaan keIslaman di kampus Unej dan mencegah potensi itu berkembang lebih jauh.
Sementara Kepala Humas Unej Agung Purwanto mengatakan pemberitaan yang menyebutkan 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme berdampak pada kelembagaan kampus, bahkan banyak orang tua mahasiswa Unej yang khawatir anaknya terpapar radikalisme.
“Penelitian itu tujuan utamanya ingin mengetahui pemikiran mahasiswa yang terindikasi awal benih-benih radikalisme, sehingga bukan berarti 22 persen mahasiswa Unej terpapar atau sudah memiliki pandangan radikal, sama sekali bukan,” katanya.
Sumber: ANTARA