Indonesia: Persenyawaan yang Menyatukan Tujuan
Pelajaran penting dari pembentukan bangsa Indonesia adalah bahwa para pemuda terdidik, pada masa awal abad 20 itu, telah berhasil membentuk jalan sejarah untuk menghadapi ketidakadilan kolonialisme.
Jalan sejarah yang dimaksud adalah kesadaran dan keyakinan bahwa kemerdekaan sejati akan dapat dicapai, ketika yang berbeda asal-usul dan latar belakang, bersedia dan sanggup bersatu dalam tujuan. Bersatu dalam tujuan itulah terobosan yang berdampak hingga kini.
Konsekuensi dari itu terjadilah proses persenyawaan yang menghasilkan entitas baru bernama Indonesia. Ia bukan sekadar sebuah percampuran semua unsur. Persenyawaan berbeda dengan percampuran. Percampuran tidaklah membentuk entitas baru. Persenyawaan justru menghasilkan entitas baru dan bila diuraikan kembali menjadi unsur pembentuknya, entitas baru itu menjadi hilang.
Sebagai ilustrasi: Air adalah hasil persenyawaan antara hidrogen dan oksigen. Air berbeda dengan hidrogen, dan bukan juga oksigen. Tapi dalam air ada oksigen, dan dalam air ada hidrogen. Keduanya tidak hilang dan tetap ada. Namun, mereka berada dalam satu susunan tertentu. Kondisi ini dapat dibuktikan bahwa keduanya masih bisa dipisahkan, dengan reaksi tertentu, kembali menjadi hidrogen dan oksigen. Dan kita harus sadari, jika oksigen dan hidrogen itu terpisahkan, tidak ada lagi air.
Seperti keluarga, ada unsur suami, istri dan anak. Kalau berbicara tentang keluarga, tidak berarti masing-masing keunikan unsurnya hilang. Namun kalau masing-masing hanya melihat unsur pembentuk, melupakan unsur yg terbentuk yaitu keluarga dan lalu melupakan tujuan berkeluarga, maka sebenarnya keluarga itu telah tercerai berai ikatannya meskipun masih tinggal di dalam satu atap rumah yang sama.
Fokus Pada Tujuan
Keluarga disatukan oleh tujuan dan karena persamaan dalam tujuan itulah maka yang berbeda memilih untuk tetap bersatu. Nusantara inipun adalah sebuah persenyawaan besar. Unsur-unsur yang ada di dalamnya bergabung, saling mengisi, baku pengaruh dan membentuk sebuah entitas baru, itulah Indonesia.
Bersatu dalam tujuan, tidak berarti menghilangkan unsur-unsur pembentuknya. Jadi, yang Minang tetap Minang, yang Sunda tetap Sunda, yang Bugis tetap Bugis, tidak ada perubahan. Melalui persenyawaan maka semua unsur itu membentuk unsur baru bernama Indonesia. Dalam indonesia ada Minang, ada Sunda, ada Ambon.
Namun, yang akhir-akhir ini sering terjadi pada saat kita membaca dan membahas Indonesia adalah kita justru fokus dan menonjolkan pada unsur-unsur pembentuknya. Bahkan membesarkan unsur pembentuknya. Padahal kita justru perlu lebih memfokuskan pada unsur baru yang terbentuk yaitu: Indonesia.
Filosofi Bhinneka Tunggal Ika