Tokoh Bangsa Membangun Peradaban, Tokoh Bangsat Membangun Kebiadaban
Ternyata, kata ‘bangsa’ dan ‘bangsat’ dalam kosa kata Indonesia tidak terlahir secara kebetulan. Kedua kata yang berbeda maqam itu ditakdirkan berseberangan dalam makna.
Mari kita rujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sungguh luar biasa pengertian ‘bangsa’ dan ‘bangsat’. Luar biasa perbedaannya. Yang satu sarat dengan makna kemuliaan. Yang satu lagi penuh dengan makna kehinaan, negatif dan buruk.
Kata ‘bangsa’ antara lain berarti “kelompok masyarakat yang bersamaan asal-usul keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya”. Contohnya: bangsa India, bangsa Indonesia, bangsa Turki, bangsa Filipina, dan lain sebagainya. Tentu di sini ‘bangsa’ sebagai kata benda (noun).
Seterusnya, ‘bangsa’ juga berarti “kedudukan atau keturunan yang mulia”. Sebagai kata sifat (adjective). Contoh pemakaiannya: “bahasa menunjukkan bangsa”, menunjukkan kelas seseorang. Kalau dia berbahasa dengan baik runtut, mudah dipahami, berisi, bukan omong kosong, bukan bohong, bukan tipu-tipu, maka terlihatlah kelas pemikiran orang tersebut. Cara ia bertutur menunjukkan ketinggian ilmunya, kemuliaan akhlaknya.
Kemudian kita cermati makna kata ‘bangsat’. Sangat dahsyat keburukan artinya. Padahal cuma berbeda satu huruf saja, yaitu huruf “t”.
Serem arti kata ‘bangsat’ menurut KBBI. Yaitu, ‘kepinding’ dan ‘kutu busuk’. Kepinding adalah jenis serangga yang terkenal karena menghuni ceruk-ceruk tilam tradisional dan sudut kelambu zaman dulu. Kepinding akan keluar dari sarangnya ketika ada orang yang tidur menggunakan tilam atau kelambu yang jarang dibersihkan. Kepinding itu mengisap darah manusia.
Terus, ‘kutu busuk’ adalah sejenis kutu yang bila digilas akan mengeluarkan bau busuk yang cukup sengit. Jadi, ‘bangsat’ dalam arti ‘kutu busuk’ tidak kalah serunya dibanding ‘kepinding’.
Pembahasan kata ‘bangsat’ masih berlanjut. Makna lain ‘bangsat’ adalah “orang yang bertabiat jahat” khususnya orang-orang yang suka mencuri, mencopet, dan sebagainya.
Nah, ini sangat menarik. Koruptor, maling tambang, maling uang negara, money laundering (pencucian uang haram), penilapan anggaran adalah ‘bangsat’ menurut KBBI. Singkat kata, “orang yang bertabiat jahat” adalah ‘bangsat’.
Sekarang, kita lihat siapa yang ‘bangsa’ dalam konotasi ‘berkelas’ dan siapa yang ‘bangsat’. Apa yang sesungguhnya dibangun oleh para tokoh ‘bangsa’ dan tokoh ‘bangsat’?
Sudah pasti mereka berkiprah di dua konsep pembangunan yang berbeda kontras. Para tokoh ‘bangsa’ telah dan akan selalu berikhtiar untuk membangun ‘peradaban’. Sedangkan para tokoh ‘bangsat’ akan berlomba-lomba membangun ‘kebiadaban’.
Apa itu ‘peradaban’ dan apa pula ‘kebiadaban’? Peradaban adalah kemajuan lahir-batin dalam kecerdasan dan kebudayaan. Sedangkan kebiadaban adalah ‘sifat’ atau ‘keadaan’ biadab. Makna ‘biadab’ adalah ‘belum beradab’ atau ‘ tidak maju kebudayaannya’. Arti lain ‘biadab’ adalah ‘tidak tahu adat’ (sopan-santun) alias ‘kurang ajar’. Kata ‘biadab’ juga berarti ‘tidak beradab’ atau ‘kejam’.