Berusia 136 Tahun, Masjid Al Kusaeni Pandeglang Ramai Pengunjung Saat Ramadhan

Pandeglang (SI Online) – Masjid Al Kusaeni berlokasi di pesisir Pantai Carita Pandeglang, Banten, pada Ramadhan 1446 Hijriah/2025 banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara karena memiliki nilai sejarah peradaban Islam.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al Kusaeni, Tata Suharta di Pandeglang, Selasa, mengatakan masjid tua yang dibangun tahun 1889 atau enam tahun setelah meletus Gunung Krakatau 1883 hingga kini masih kokoh, meski ada beberapa bangunan direnovasi.
Masjid berusia 136 tahun itu pada Ramadhan banyak wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang datang ke masjid tua tersebut.
Wisatawan domestik itu dari wilayah daerah di Provinsi Banten, Jawa Barat, Lampung hingga DKI Jakarta, sedangkan wisatawan mancanegara kebanyakan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam.
Pembangunan masjid ini dibangun KH Muhammad Husein, seorang murid Syekh Nawawi Al-Bantani yakni seorang ulama besar dari Serang, Banten yang dikenal sebagai salah satu ulama terkenal di negara-negara Islam.
Ia diperintahkan oleh Syekh Nawawi untuk membangun masjid itu setelah mendengar pesisir pantai Banten diterjang tsunami yang menewaskan 36.000 warga Banten dan Lampung.
Pembangunan masjid tersebut sebagai pusat syiar Islam, karena terdapat pendidikan agama Islam melalui pendirian pondok pesantren dan santrinya dari berbagai daerah di Tanah Air. Selain itu juga sebagai simbol perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Masjid berusia satu abad lebih itu pada Ramadhan banyak dikunjungi wisatawan karena memiliki nilai sejarah peradaban Islam. Para wisatawan itu melaksanakan shalat wajib juga Shalat Tarawih.
Selama ini, kata Tata Suharta, kondisi Masjid Al Kusaeni masih utuh pada bagian ruangan tengah dengan empat tiang penyangga, juga mimbar dan genteng.
Diperkirakan bangunan masjid itu sekitar 85 persen masih asli dan hanya empat kali dilakukan pemugaran pada bagian beton tiang depan, karena kondisinya miring tahun 2008 akibat gempa.
Dengan luas 1.000 meter persegi, masjid yang menghadap Gunung Anak Krakatau itu mampu menampung 400 orang.
“Kami melestarikan masjid yang sudah masuk Cagar Budaya di Provinsi Banten itu agar tetap kokoh dan terawat baik,” katanya. []
sumber: ANTARA