AKHLAK

Adab kepada Tangan yang Menengadah

Kontribusi pembeli dikantongi dan digantung bersama-sama dengan yang lain, sehingga ketika ada orang yang datang dan bertanya, “Askıda ekmek var mi?” (“Apakah ada roti di kail?”), mereka dapat mengambil roti secara gratis. Roti tadi bisa menghilangkan rasa lapar, dan ia pun tetap terjaga kehormatannya.

Ada pula tradisi kuno masyarakat Islam, yaitu pemberian sedekah dilakukan dengan menempatkan sadaka taşıbaca (dibaca: Sadaka Tasye) yaitu batu amal, di pojok halaman masjid atau pasar. Batu sedekah tersebut terbuat dari kolom porfiri kuno dengan rongga untuk tempat meletakkan uang.

Pemberi dan penerima akan sama-sama mengulurkan tangan ke rongga tersebut, semua terlihat tampak sama. Kata pepatah Turki, “İyilik yap denize at, balık bilmezse Halik (Allah) bilir.” Artinya “Lakukanlah kebaikan, kemudian lemparlah ke laut, mungkin ikan tak akan tahu, tapi Allah pasti tahu”.

Sebagaimana disampaikan Abu Ishaq al-Fazari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya di antara manusia ada orang yang sangat menggandrungi pujian kepada dirinya, padahal di sisi Allah dia tidak lebih berharga daripada sayap seekor nyamuk.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 573). Jadi, dalam beramal salih, hendaknya hanya mengharap pahala dari Allah semata.

Sayangnya, saat ini hanya sedikit sekali Sadaka taşı yang dapat ditemukan, Padahal menurut beberapa pakar sejarah seperti Prof. Dr. Ziya Kazıcı, di Istanbul saja setidaknya pada masa Turki Utsmani dulu pernah ada 173 Sadaka taşı. Belum lagi di kota-kota lainnya seperti Bursa dan Konya yang merupakan kota besar dan pusat kebudayaan di masa Utsmani.

Seiring dengan dicampakkannya syariat Allah, maka batu sedekah pun hanya tinggal beberapa. Terbukti bahwa sistem yang ada sekarang tidak mengakomodir masyarakat untuk ikhlas memberi. Begitu pula halnya dengan kebiasaan memberi diam-diam, tanpa publikasi dan tak berharap pujian dari makhluk.

Bahkan dari Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sedekah secara rahasia bisa meredam murka Rabb (Allah) tabaroka wa ta’ala.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Kabir, lihat Shahih at-Targhib [1/532])

Kembali pada Islam sebagai sebaik-baik tuntunan dalam kehidupan. Manusia yang berjalan di atasnya akan terpelihara hingga lahir aktivitas mulia yang akan menjadikannya sebagai khoiru ummah. Wallahu ‘alam bish showab.

Lulu Nugroho
Muslimah WCWH Cirebon

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button