NUIM HIDAYAT

Anies vs Ganjar: Nasionalis Islam vs Nasionalis Sekuler

Pada 27 April 2014, Ganjar menyita perhatian publik saat mengeluarkan kemarahannya pada petugas Dishub yang melakukan praktik pungutan liar saat melakukan inspeksi mendadak di jembatan timbang Subah, Kabupaten Batang. Gubernur Jateng itu mengaku melihat langsung beberapa kernet memberikan uang Rp10.000 hingga Rp20.000 atau di bawah denda resmi tertinggi sebesar Rp60.000 kepada petugas.

Ketika menjadi gubernur, Ganjar memanfaatkan media sosial Twitter untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya. Ia meminta para penjabat di bawahnya untuk aktif di media sosial agar bisa cepat menjawab komplain atau permasalahan dari warganya.

Kebijakan Ganjar yang menonjol lainnya adalah pembuatan kartu tani. Dalam kartu ini ada data identitas petani, luas lahan, jenis tanaman, dan kebutuhan pupuk. Di luar petani tak ada yang bisa mengakses pupuk bersubsidi sehingga mengeliminir kejahatan dan penyalahgunaan wewenang. Presiden Jokowi kemudian mengapresiasi dan menjadikan kartu tani program nasional.

Istri Ganjar bernama Siti Atikah Supriyanti, seorang anak tokoh NU dari Purbalingga Jawa Tengah. Ia menikah pada tahun 1999 dan memiliki satu anak laki-laki yang bernama Muhammad Zinedine Alam Ganjar.

Sebagaimana Anies Baswedan, Ganjar juga banyak menorehkan prestasi ketika menjabat sebagai gubernur.


Salah satu perbedaan mencolok Ganjar dan Anies adalah dalam masalah radikalisme. Dalam kebijakannya tentang ini, Ganjar mengikuti presiden Jokowi. Ganjar menyatakan, ”Tidak ada toleransi pada kelompok radikal dan penolak Pancasila di negeri ini. Karena ketika kita biarkan, mereka akan menggurita. Mari sama-sama waspada, mari sama-sama menjaga Indonesia.”

Dalam masalah radikalisme ini, Anies hati-hati. Ia tidak pernah menyinggung soal radikalisme. Anies tahu bahwa radikalisme adalah masalah politik. Radikalisme adalah jargon yang dimainkan pemerintah untuk memukul kelompok Islam yang kritis. Maka Anies tidak pernah takut untuk berhubungan dekat dengan para ulama, habaib atau tokoh-tokoh Islam yang dicap pemerintah sebagai radikal.

Titik krusial Anies dan Ganjar adalah dalam masalah radikalisme. Dalam masalah kebijakan menangani aspirasi umat Islam di tanah air. Anies tidak akan meneruskan kebijakan Jokowi yang melarang atau mengkriminalkan organisasi, ulama atau tokoh-tokoh yang kritis kepadanya. Sedangkan Ganjar telah berujar akan meneruskan kebijakan Jokowi dalam masalah ini.

Mayoritas umat Islam di tanah air, terutama tokoh-tokohnya sudah tahu siapa yang dipilih bila dihadapkan pilihan antara Anies dan Ganjar. Mereka ingin memilih presiden yang merangkul umat Islam di Pilpres 2024 nanti. Mereka ingin Anies. Wallahu azizun hakim.

Nuim Hidayat, Anggota MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button