Bahasa Arab Dituding Ciri Teroris, HNW: Tampak Islamofobianya
“Apakah OPM yang meneror kedaulatan NKRI di Papua itu berbahasa Arab? Atau Belanda/VOC yang meneror dan menjajah Indonesia berabad-abad itu juga berbahasa Arab? Juga terorisme supremasi kulit putih (Ku Klux Klan) di Amerika dan yang di Selandia Baru dan Kanada? serta teror negara Israel terhadap Palestina? apakah juga terkait dengan bahasa Arab? Kan tidak! Tetapi mengapa itu semua tidak disoroti?” ujar HNW.
“Inilah yang menampakkan adanya Islamofobia di balik tuduhan terhadap bahasa Arab. Radikalisme dan terorisme tidak terkait dengan penyebaran bahasa Arab maupun lainnya. Tetapi radikalisme dan terorisme tetap ditolak, bahasa apapun yang dipergunakan,” tambahnya.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan bahwa memang banyak juga orang Arab non-muslim yang mempergunakan bahasa Arab. Tetapi secara prinsip bahasa Arab lebih dikenal sebagai bahasa Al-Qur’an; kitab sucinya umat Islam, dan bahasa hadis-hadisnya Rasulullah Saw.
Bahasa Arab di Indonesia juga makin menyebar dengan makin banyaknya pondok pesantren dan perguruan tinggi Islam, juga meningkat tajamnya jumlah calon jemaah haji dan umroh, serta pengajian di televisi atau majelis taklim, juga karena menguatnya hubungan politik dan ekonomi Indonesia dengan negara-negara berbahasa Arab di Timur Tengah.
Bahasa Arab juga sudah diterima dan menyebar secara internasional; ke banyak organisasi-organisasi di tingkat gobal. Bahkan, dari enam bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Persatuan Parlemen Dunia (IPU) salah satunya adalah bahasa Arab.
TIdak hanya di level pemerintahan, lanjut HNW, bahasa Arab juga digunakan di kegiatan-kegiatan bisnis internasional, sehingga banyak pebisnis dari mancanegara berusaha belajar bahasa Arab.
“Itu karena sekarang banyak negara Arab sebagai pemain utama dalam ekonomi global, sehingga banyak pebisnis bahkan mempelajari bahasa Arab. Bahkan, bahasa Arab saat ini berada di peringkat Power Language Index sebagai bahasa dunia terpenting kelima. Dan itu tentu bukan karena bahasa Arab sebagai faktor penyebaran terorisme”ujarnya.
Oleh karena itu, Anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi urusan keagamaan ini mengimbau agar masyarakat dan para generasi muda untuk waspada tapi tidak terpancing jadi saling curiga dan terpecah belah karena adanya tuduhan tak mendasar itu.
”Generasi muda dan masyarakat umumnya, juga selain penting belajar menggunakan dan menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga perlu mempelajari banyak bahasa internasional, termasuk bahasa Arab untuk menghadapi kerja sama internasional dan memenangkan persaingan global. Tirulah para pahlawan dan bapak bangsa yang tidak fobia dengan bahasa asing termasuk Bahasa Arab seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, H Agus Salim, KH Mas Mansoer, KH Kahar Mudzakir, Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, M Natsir, tokoh-tokoh pahlawan nasional yang dikenal ahli dalam berbahasa Arab,” pungkasnya.
red: adhila