NUIM HIDAYAT

Bedah Buku Karya Santri Elkisi

Dua hari ini saya menguji karya tulis buku santri santri Pesantren elkisi Mojokerto. Para santri ini kelas 3 SMA. Sebagai syarat kelulusan mereka diwajibkan membuat sebuah buku.

Untuk tingkatan anak SMA, buku buku mereka ini bisa dinilai cukup bagus. Apalagi karya mereka ini penuh dengan nilai nilai keislaman.

Ada yang membahas tentang kesehatan, pemuda dan problematikanya, arti jihad, arti santri, liberalisme Islam di Indonesia dan lain lain.

Meski ada beberapa kekurangan, karya mereka ini sudah cukup bagus. Tidak mudah anak anak seusia mereka dapat membuat sebuah buku yang bertema tertentu.

Tentu ini sebuah budaya atau kebiasaan yang patut ditiru pesantren lainnya. Para santri dibiasakan untuk menulis. Selain tentu saja dilatih ceramah atau berbicara di depan umum.

Menulis dan bicara yang bagus adalah dua keahlian yang jarang orang bisa menyatukan keduanya. Pesan ulama besar Tjokroaminoto, jika kalian ingin menjadi pemimpin besar menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator.

Para santri elkisi ini diharapkan menulis buku bukan untuk yang pertama dan terakhir. Tapi sebagai langkah awal untuk membuat karya karya berikutnya yang lebih bagus lagi.

Menulis memang harus dilatih. Menulis harus dibiasakan. Mereka yang mau berlatih menulis tiap hari maka ia akan mendapatkan kosa kata secara otomatis dalam otaknya.

Di era digital, menulis adalah sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan. Apalagi bagi seorang santri, ustadz, kiyai atau intelektual muslim. Karya tulis di era internet ini akan menyebar cepat ke seluruh pelosok penjuru bila tulisan itu dianggap bagus atau menarik.

Untuk membuat tulisan bagus atau menarik perlu latihan. Perlu dorongan. Dorongan yang terkuat adalah dorongan dakwah. Dorongan kewajiban kita sebagai muslim hadir dimuka bumi ini.

Menulis adalah dakwah. Menulis adalah amar makruf nahi mungkar. Ini perlu ditanamkan santri sejak dini. []

Nuim Hidayat

Artikel Terkait

Back to top button