REMAJA

Dampak Gadget bagi Generasi Z

Sebagai orangtua berkesempatan besar dalam mencegah serta menekan risiko efek negatif internet, kita harus memperkenalkan gadget sesuai kebutuhan. The American Academy of Pediatrics menyarankan agar orangtua menunda pengenalan gadget hingga anak berusia minimal dua tahun. Kemudian kita kenalkan gadget dengan aplikasi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan mereka.

Kita bisa mengenalkan internet kepada anak-anak dari hal positif terlebih dahulu, kita jelaskan bahwa didalam internet kita bisa melihat gambar-gambar hewan, tumbuhan, maupun informasi yang dibutuhkan oleh mereka, seperti ilmu pengetahuan tentang geografi, fisika, matematika dan seterusnya. Mereka juga perlu tahu bahwa dunia maya itu juga memiliki sisi negatif, mereka harus dibekali dengan pentingnya menyimpan dan melindungi data pribadi. Jangan sampai mereka memberikan informasi seperti password, alamat rumah, usia dan nomor telepon di internet. Pastikan juga mereka tidak memposting sesuatu yang menginformasikan lokasi mereka berada atau gambar-gambar kondisi dimana ia berada ke media sosial.

Membatasi waktu bermain gadget juga harus dilakukan agar mereka tidak keseringan dan ketergantungan terhadap gadget. Misalnya dua jam perhari atau harus ijin terlebih dahulu ketika akan berselancar di dunia maya. Kita juga harus tahu tujuan mereka mengakses internet dan lebih aman jika mereka menggunakan komputer yang diletakkan di ruang keluarga sehingga kita bisa mengawasi dan membimbing mereka.

Mendorong melakukan banyak aktivitas fisik di luar rumah juga bisa kita gunakan sebagai siasat agar mereka tidak ketergantungan dengan gadget. Kita juga bisa ciptakan suasana keluarga yang dekat dengan cara sering mengobrol, bermain dan mendengarkan curhatan anak-anak kita. kita juga harus berkomitmen untuk menyimpan gadget ketika berkumpul dengan keluarga, kita harus menjadi contoh kepada anak-anak bahwa sebagai orangtua juga tidak ketergantungan kepada gadget. Kita harus berkomitmen untuk menahan sementara menggunakan gadget saat berkumpul bersama anak-anak.

Membangun karakter berkepribadian (syakhsiyah) Islam yang berakhlak mulia, amanah, memiliki dedikasi dan kedisiplinan serta tanggung jawab juga bisa diajarkan didalam keluarga kita, sehingga mereka bisa memanage waktu sebaik mungkin. Karena tolok ukur yang paling tepat untuk menilai tinggi rendahnya kualitas kepribadian Islam seseorang adalah perilaku (suluk) sehari-hari seseorang dalam berbagai interaksi di tengah masyarakat.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu benar-benar beriman.” (TQS Ali Imran: 139).

Tanamkan kepribadian Islam pada diri anak, sebagaimana di contohkan oleh Rasulullah Saw. Pertama, menanamkan akidah Islam kepada anak dengan metode yang tepat, yaitu sesuai dengan katagori akidah Islam sebagai aqidah aqliyah (akidah yang keyakinannya dicapai melalui proses berfikir). Kedua, mengajaknya bertekad bulat untuk senantiasa menegakkan bangunan cara berpikir dan perilakunya diatas pondasi ajaran Islam semata. Ketiga, mengembangkan kepribadiannya dengan cara membakar semangatnya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqafah Islamiyah dan mengamalkan dan memperjuangkannya dalam aspek kehidupannya sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT. (M Ismail Yusanto, dkk, Menggagas Pendidikan Islami, 52-53).

Selain itu yang paling penting adalah adanya peran negara yang harus serius dan konsisten untuk mengawasi serta memblokir situs-situs yang mengarah pada pornografi dan hal negatif lainnya, sehingga tidak bisa dijangkau oleh generasi muda kita, serta mengedukasi generasi Z untuk bijak dalam menggunkan gadget. Negara harus memberikan pelayanan atau riayah dengan menciptakan inovasi terbaru dalam hal pembuatan alat-alat elektronik sehingga aman dan bersahabat bagi lingkungan.

Negara juga harus mengeluarkan undang-undang yang menjelaskan garis-garis umum politik Negara dalam mengatur informasi sesuai dengan ketentuan hukum-hukum syariah. Hal itu dalam rangka menjalankan kewajiban Negara dalam melayani kemashlahatan Islam dan kaum muslim serta menyebarluaskan kebaikan dari dan di dalam masyarakat Islami tersebut. (Taqiyuddin An-Nabhani, Bab Siyasah Daulah I’lamiyah, 146). Dengan ini diharapkan generasi Z bisa terlindungi dari konten-konten negatif yang ada di dunia maya karena negara benar-benar menjamin keamanan dalam bersosial media.

Anak yang hobi memainkan gadget dalam jangka waktu lama bisa mempengaruhi kesehatan mata dan otot anak. Anak akan duduk diam memandang layar gadget sehingga membuatnya tidak melakukan gerakan fisik yang bisa mengganggu kesehatan mata dan perkembangan ototnya. Radiasi yang dipancarkan oleh gadget juga menjadi ancaman bagi kesehatan anak. Ajak mereka mengobrol, sehingga mereka tidak menjadi anak yang pasif bahkan mengalami keterlambatan bicara. Dan yang paling penting kita tanamkan akidah Islam dalam diri mereka dan merubah persepsi (mafahim) mereka tentang penggunaan gadget agar mereka bisa mengatur kegunaan gadget. Jangan sampai karena keteledoran kita dalam mendidik anak, menjadikan mereka terjerumus ke dalam jurang bencana dunia maya.

Gesang Ginanjar Raharjo
(Penulis, Tinggal di Malang)

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button