SILATURAHIM

Gus Aam: Sebut PKS Wahabi Berarti Korban Buzzer Medsos

Jakarta (SI Online) – Sepanjang 2018-2019 lalu, KH Agus Solachul Aam Wahib Wahab yang akrab dipanggil Gus Aam namanya menghiasi media massa karena dua hal.

Pertama, ia adalah salah satu tokoh kiai pendukung pasangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres April 2019. Di Jawa Timur, Gus Aam duduk sebagai Anggota Dewan Pembina Badan Pemenangan Provinsi (BPP). Sementara untuk kelompok relawan, Gus Aam memimpin Barisan Kiai Santri Nahdliyin (BKSN).

Kedua, Gus Aam bersama dengan sejumlah kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama menginisiasi lahirnya Komite Khittah 1926. Salah satu tokoh senior dalam komite ini adalah Pengasuh Pesantren Tebu Ireng, KH Solahuddin Wahid atau Gus Solah. Baik Gus Solah maupun Gus Aam, keduanya merupakan cucu dua pendiri NU. Gus Solah adalah cucu KH Hasyim Asy’ari, sedangkan Gus Aam adalah cucu KH Wahab Hasbullah.

Akhir Desember 2019 lalu, kehadiran Gus Aam dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, rupanya menyentak kalangan Nahdliyin. Walaupun sebenarnya, Gus Aam bukanlah satu-satunya tokoh eksternal yang hadir saat itu. Saat itu hadir Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen bin Smith, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, juga tokoh NU Jakarta sekaligus Ketua MUI DKI Jakarta KH Munahar Muchtar.

Seperti dilansir Duta.co, putra KH Wahib Wahab, Menteri Agama RI ke-9, itu mengakui dirinya bahkan sempat ‘ditawur’ oleh teman dan keluarga. Tidak sedikit keluarga besarnya bertanya perihal kedatangan tersebut.

“Ada dua sebab. Pertama, mengapa menghadiri acara PKS? Kedua, mengapa mengritik NU di depan kader PKS? Dua ini saja rupanya,” kata Gus Aam.

Pantas saja. Sebab, berita tentang Gus Aam mengritik NU di acara Peringatan Maulid itu memang tersebar luas. “NU sedang sakit parah.” Demikian rata-rata kutipan media online nasional saat itu.

Gus Aam mengaku, dirinya harus menjelaskan satu-satu. Ada yang bisa memahami, namun tak sedikit pula yang sulit menerima. “Terutama mereka yang kadung terdoktrin keliru. Sehingga PKS harus salah,” katanya sambil tertawa.

Bagi Gus Aam, saat ini partai yang layak dibahas hanya PKS. Sebagai partai Islam, PKS telah lama jadi bulan-bulanan isu Wahabi. Termasuk juga isu Khilafah.

“Anda bisa saksikan, betapa banyak kader NU, baik struktural maupun kultural yang ikut menstigma PKS sebagai partai Wahabi, partai Khilafah. Gerakan ini semakin masif ketika orang seperti Abu Janda, Denny Siregar ikut kampanye anti Wahabi dan Khilafah. Saking masifnya, ada ketua NU yang terang-terangan ingin menghabisi PKS. Ini luar biasa,” ungkapnya.

Gus Aam tidak menampik bila gerakan Wahabi dan Khilafah memang ada. Namun, menutnya, menimpakan dua hal itu kepada PKS adalah modus tersendiri. Tidak adil, katanya.

“Dan perlu Anda tahu, meski dikeroyok seperti itu, PKS tidak makin kecil. Itulah sebabnya, partai ini menarik dikaji,” tegas Gus Aam.

Gus Aam, mengaku selama ini belum pernah berpartai. Ia lalu memperhatikan PKS. Ternyata, kata dia, tidak sedikit kader PKS berasal dari keluarga NU. Amaliah merekapun Ahlussunannah wal Jamaah an-Nahdliyyah.

“Saya sempat kaget melihat banyaknya anak-anak NU di PKS. Siapa berani menyebut Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri itu wahabi, khilafah? Saya ingin tahu orangnya. Begitu juga Presiden PKS, Pak Sohibul Iman, Pak Muzammil. Apakah mereka itu Wahabi? Pengusung khilafah? Tidak,” tegasnya.

“Kalau ada Ketua NU yang menggebu-gebu mengatakan PKS itu Wahabi, khilafah, saya yakin, dia korban fitnah, korban buzzer medsos. Kalau tidak? Justru dia sendiri sohibul fitnahnya,” kata dia.

red: asyakira/dbs

Artikel Terkait

Back to top button