OPINI

Islam, Seksualitas dan Kaum Liberal

Seksualitas dalam Tinjauan Liberal Klasik

Prinsip menjaga kesucian diri, berhijab, menutup aurat, menikah dengan wanita merdeka dan budak wanita (milkul yamin), menghindari perzinaan dan akhlak mulia inilah, yang menjadi target kaum munafik dan orang-orang yang gemar berbuat kerusakan di muka bumi, untuk dihancurkan.

Abdullah bin Ubay bin Salul adalah orang yang memulai penyebaran berita dusta terhadap ‘Aisyah Ummul Mukminin ra (Q.s. 24: 11-20). Itulah catatan sejarah tertua yang merekam kebejatan moral kaum munafik, setelah sebelumnya mereka mengingkari wahyu dan kerasulan Muhammad saw (Q.s. 2:142, 9:45, 74, 127), menolak berhukum kepada syariat Islam (Q.s. 4:60-65, 24:47-50), memberikan loyalitas kepada kaum kafir (Q.s. 4:138-140), dan upaya mereka untuk merobek-robek persatuan kaum muslimin di Madinah (Q.s. 9:107-109).

Dia dan para pengikutnya dari kaum munafik menggunakan kesempatan untuk merusak masyarakat beriman dengan menyebarkan kabar dusta, karena merekalah yang menyebarkan perbuatan keji itu di tengah komunitas orang beriman. Oleh karena itulah, Allah berfirman tentang kaum munafik,

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. 24:19)

Lebih dari itu, pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul telah mengkoordinasi penyebaran perbuatan keji dan pelacuran para hamba sahaya perempuan. Demikian halnya yang dilakukan oleh para penyeru paham kebebasan mutlak, yaitu perbuatan keji yang menyebarkan westernisasi di dunia Islam.

Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Abdullah bin Ubay bin Salul sering berkata kepada hama sahaya perempuannya, ‘Pergilah melacur untuk kami’, lalu Allah menurunkan firman-Nya,

“Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi, barangsiapa memaksa mereka maka sungguh, Allah Maha Pengampun Maha Penyayang kepada mereka setelah mereka dipaksa.” (Q.s. 24:33)

Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud dari Jabir ra bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul mempunyai dua hamba sahaya perempuan, yaitu Musaikah dan Umaimah. Lalu dia memaksanya untuk melacur, kemudian mereka mengadukan hal itu kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini:

“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.” (Q.s. 24:33)

Azzuhri mengomentari ayat ini berkata, “Memaksa mereka atas hal yang dipaksakan terhadap mereka”. Memperdagangkan para budak seks seperti ini biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah, diantaranya adalah gembong munafik, Abdullah bin Ubay. Perbuatan busuk ini sungguh melecehkan manusia, menurunkan mereka ke derajat hewan, menyebarkan zina, memfasilitasi perbuatan keji, serta menghancurkan norma dan akhlak mulia. Itulah perbuatan kaum munafik di sepanjang masa yang selalu ingin menghancurkan masayarakat Islam.

Sungguh jauh perbedaan antara perbuatan kaum jahiliyah yang dihidupkan dan terus menerus dihembuskan oleh kaum munafik, dengan prinsip-prinsip Islam yang agung sebagaimana dikatakan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Allah berfirman, “Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti syahwatnya menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran.” (Q.s. 4:27)

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button