SUARA PEMBACA

Mas Menteri! Jangan Sibuk Urus Seragam, Benahi Sistem Pendidikan

Senada dengan Ketua MUI, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyebut negara dalam hal ini pihak sekolah, semestinya bukan membebaskan muridnya yang belum dewasa untuk memilih apakah akan memakai pakaian yang sesuai atau tidak sesuai dengan agama dan keyakinannya, melainkan negara atau sekolah harus mewajibkan anak-anak didiknya agar berpakaian sesuai dengan ajaran agama dan keyakinannya masing-masing.

Ia juga mengingatkan bahwa undang-undang, peraturan, dan kebijakan pemerintah dalam semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan, seharusnya berdasarkan pada nilai-nilai dari ajaran agama, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1. (sindonews.com, 4/2/2021).

Mas Menteri, pendidikan merupakan aspek vital bagi generasi. Menjadi hak seluruh rakyat tanpa terkecuali. Menjadi kewajiban pula bagi negara untuk menyelenggarakannya tanpa pilih kasih. Namun mirisnya, fakta berbicara, dalam naungan kapitalisme-sekularisme, sistem pendidikan kita terbukti mencetak generasi yang jauh dari takwa dan berorientasi materi. Akses pendidikan pun tidak merata, bahkan jargon “orang miskin dilarang sekolah” menjadi lazim hari ini.

Mas Menteri, katanya pendidikan ditujukan untuk melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Namun faktanya, jilbab yang menjadi kewajiban siswa muslimah justru dicabut aturannya. Katanya ingin mencetak generasi cerdas dan memiliki life skills. Namun faktanya, akses dan fasilitas pendidikan saja masih minim dan sulit. Katanya ingin mencetak generasi problem solver. Namun faktanya, aturan agama sebagai solusi solutif malah dijauhkan dari generasi, dipilah-pilih, bahkan dieliminasi.

Sejatinya kurikulum sekuler tidak hanya melahirkan generasi durhaka yang minim adab dan akhlak, tapi juga manusia-manusia serakah yang jauh dari takwa. Terinfeksi islamofobia dan menghamba kebebasan. Budak bagi kapitalis untuk menyokong ekonomi global. Jauh dari kata “terbaik” sebagaimana dirindukan umat.

Mas Menteri, saatnya benahi sistem pendidikan kita. Karena sistem pendidikan sekuler terbukti gagal total cetak generasi terbaik. Gagal total memberikan akses pendidikan yang berkualitas untuk generasi. Gagal total memberikan pendidikan yang merata bagi generasi. Ruwet, ruwet, ruwet!

Saatnya beralih kepada sistem Islam sebagai solusi solutif. Paradigma Islam memandang bahwa menjadi kewajiban negara menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh rakyatnya. Wajib bagi negara menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan murah, bahkan gratis. Negara juga wajib memberikan kemudahan bagi rakyat mengakses pendidikan, termasuk saat pandemi.

Dalam naungan Islam, sistem pendidikan dibangun di atas asas akidah Islam. Tujuan pendidikan dicanangkan untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang menjadikan rida Allah Swt. sebagai puncak tertinggi kebahagiaan. Generasi cerdas dan tangguh, yang tidak hanya mumpuni dalam life skills, tapi juga menjadi pemecah masalah problematika umat. Menjadi generasi terbaik yang dirindukan umat dan dikabarkan oleh Allah SWT.

Sementara itu, dana operasional penyelenggaraan pendidikan diperoleh dari kas negara dan mutlak bagi negara membiayanya. Mutlak berarti ada maupun tidak ada uang di kas negara, negara tetap wajib menyelenggarakan pendidikan bagi rakyatnya. Oleh sebab itu, negara wajib memaksimalkan potensi pos-pos pendapatan negara, seperti kepemilikan umum, jizyah, kharaj, dll. Jika pos-pos pendapatan negara tidak mencukupi, negara boleh melakukan konsep antisipasi lewat pajak. Alhasil, rakyat tidak dipusingkan dengan akses dan biaya pendidikan. Sebab negara telah menjamin pendidikan generasi bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali.

Jadi Mas Menteri, jelas hanya dalam naungan Islam lahir generasi terbaik, pemimpin masa depan dunia. Generasi unggulan, ujung tombak peradaban Islam yang mulia. Generasi yang menjadikan dunia dalam genggaman dan akhirat sebagai tujuan. Generasi ini hanya akan lahir dalam naungan sistem Islam, yang diterapkan secara kafah dalam bingkai khilafah. Insyaallah. Wallahu ‘alam bishshawab.

Jannatu Naflah
Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button