Media Australia: ‘Seorang Wali Kota di Istana Presiden’, Penuh Kontradiksi
Jakarta (SI Online) – Media online berbasis di Australia, ABC Indonesia, menurunkan sebuah berita berjudul ‘Seorang Wali Kota di Istana Presiden’: Peneliti Australia Sebut Jokowi Penuh Kontradiksi, Kamis 3 September 2020.
Berita itu merupakan hasil penjelasan Ben Bland, Direktur Program Asia Tenggara di lembaga Lowy Institute tentang buku terbarunya berjudul ‘Man of Contradictions – Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia’ kepada ABC Indonesia.
Ben sendiri mengaku dirinya telah menghabiskan hampir 20 tahun untuk memahami Indonesia, dimulai dengan menjadi seorang mahasiswa studi politik Indonesia, kemudian koresponden media internasional, dan kini sebagai pengamat di Lowy Institute.
Dalam enam bab buku setebal 180 halaman itu, Ben memaparkan bagaimana “seorang pembuat mebel” berhasil menangkap imajinasi bangsa Indonesia tentang sosok pemimpin yang diidam-idamkan, namun juga penuh “kontradiksi”.
Dalam bukunya Ben menyebutkan “setelah mengamati dari dekat, terlihat bahwa semakin lama Jokowi berada di istana [sebagai presiden], maka semakin pudar pula janji-janjinya.”
Dikatakan, begitu memasuki periode kedua, sosok yang sebelumnya menawarkan diri bukan bagian dari elite politik, telah berubah menjadi elit yang membangun dinasti politiknya sendiri.
“Sosok yang pernah dipuja karena reputasinya yang bersih, malah telah memperlemah lembaga pemberantasan korupsi, memicu aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar,” tulis Ben.
“Kelemahan kepemimpinannya terungkap oleh krisis COVID-19. Pemerintahannya menunjukkan jejak-jejak buruk: tidak menghargai pendapat pakar kesehatan, tidak mempercayai gerakan masyarakat sipil, dan gagal membangun strategi terpadu,” katanya.
Meski demikian Ben mengatakan sosok Jokowi masih tetap populer di tengah pandemi dengan nada kritikan kepadanya pun terdengar “berbeda”.
Strategi politik Jokowi sangat sederhana, yaitu mendengarkan apa yang dikehendaki rakyat dan mencoba wujudkannya, seperti yang terlihat “efektif” saat ia menjadi Wali Kota Solo.
“Tapi ketika memerintah sebuah negara berpenduduk begitu banyak, ribuan pulau, beragam agama dan suku, serta 550 walikota dan gubernur terpilih, jadi 550 Jokowi lainnya yang ingin menjalankan kepemimpinannya masing-masing, maka politik menjadi semakin kompleks,” jelasnya.
“Selama enam tahun berada di istana, dia belum bisa beranjak ke level strategis. Dia lebih sebagai seorang walikota di istana presiden,” kata Ben Bland.
Ben mengatakan masih ada harapan untuk melihat kepemimpinannya berlanjut di Indonesia hingga 2024 mendatang.
“Tapi kita perlu mengakui adanya kekecewaan terhadap Jokowi dari para pendukungnya sendiri,” ujar Ben kepada ABC Indonesia.
“Ini menunjukkan Indonesia sebagai sebuah negara yang besar, kompleks, dan terus menghadapi banyak tantangan,” jelas Ben.
Ben juga mengatakan jika di dalam bukunya ia juga membahas sejumlah kontradiksi bukan sekedar pada sosok dan kepemimpinan seseorang, tapi mencakup hal yang lebih luas.
sumber: ABC Indonesia