NUIM HIDAYAT

Munarman yang Saya Kenal

Suatu saat di sekitar tahun 2015 saya dan Munarman diundang di sebuah masjid di sekitar Tanah Abang.

Kita berdua diundang untuk memaparkan politik Amerika di Timur Tengah. Saya memaparkan tentang politik Amerika di Irak dan menulis makalah berjudul War for Oil. Munarman memaparkan politik Amerika dengan mengambil data dari Rand Corporation.

Saya memaparkan perang di Irak dengan mengambil data terutama dari tulisan dua wartawan top Amerika Amy Goodman dan David Goodman. Judul bukunya “The Exeption to the Rulers: Exposing Oily Politicians, War Profiteers, and the Media That Love Them.” Diterjemahkan oleh Penerbit Profetik dengan judul “Perang Demi Uang, Kebusukan Media dan Pebisnis Perang.” (Baca tulisan saya: Perang Minyak)

Baca juga: Munarman Ditangkap, Tim Hukum Akan Tempuh Praperadilan

Amy Goodman adalah wartawan yang banyak meraih penghargaan di Amerika dan mengasuh acara Democracy Now yang disiarkan lebih dari 200 radio dan stasiun TV di seluruh Amerika. Begitu juga David Goodman. Artikel-artikelnya dimuat di The Washington Post, The Nation dan lain-lain.

Dalam acara itu ada peserta yang tanya tentang hukum hijrah ke Irak. Karena waktu itu banyak Muslim yang kesana berhijrah ingin bersama-sama Muslim dunia melawan Amerika di Irak. Saya menyatakan tidak wajib. Karena di Indonesia kaum Muslim juga mempunyai masalah yang besar. Munarman yang saya ingat tidak menjawab jelas hukumnya, tapi menerangkan juga masalah kaum Muslimin di tanah air. O ya, ada salah seorang ustadz lagi yang nampaknya guru para jamaah masjid disitu yang menyatakan wajib hijrah ke Irak.

Saat itu memang lagi ramai-ramainya ISIS lawan Amerika dan belum ada penangkapan-penangkapan. Karena saya lihat orang-orang yang pro ISIS tidak melakukan kriminalitas di tanah air. Saya heran kemudian kenapa orang-orang yang pro ISIS kemudian mengadakan aksi-aksi terorisme di tanah air. Karena saya bukan jamaah mereka, jadi nggak tahu apa yang terjadi di dalam tubuh organisasi yang mengatakan pro ISIS. Apakah ada perintah dari Amir ISIS di Irak atau apa saya nggak tahu.

O ya teman-teman saya sarankan baca buku yang saya terangkan di atas. Karena buku itu bagus sekali menjelaskan tentang politik dan perang di Irak. Intinya Amerika invasi ke Irak adalah untuk menguasai ladang-ladang minyak di Irak. Bukan untuk menjatuhkan Saddam Hussein atau untuk membawa demokrasi ke Irak atau yang lainnya. Ada yang menyebut Irak adalah sumber cadangan terbesar di dunia setelah Saudi. Amerika perlu menguasai Irak, karena Amerika butuh bahan bakar yang besar untuk puluhan pesawat induknya, ratusan pesawat tempurnya dan lain-lain.

Setelah itu saya tidak diundang lagi jamaah yang banyak pro ISIS itu. Mungkin karena saya menyatakan tidak wajib hijrah ke sana. Munarman nampaknya diundang lagi. Dan saya baru tahu di media massa, di Makasar ada deklarasi ISIS yang dihadiri Munarman dan lain-lain.

Baca juga: Munarman: FPI Terus Difitnah agar Terkait dengan Terorisme

Meski saya tahu Amerika dosa besar di Irak dan saya tidak mewajibkan hijrah ke sana, karena saya tahu rumitnya politik di Timur Tengah. Kebetulan saya pernah mengambil mata kuliah politik di Timur Tengah di Universitas Indonesia. Dan karena pemahaman saya itu, sampai kini saya berkesimpulan untuk mengalahkan Amerika tidak bisa dengan senjata. Karena Amerika telah menguasai militer dari A sampai Y. Mengalahkan Amerika dengan ilmu, dengan politik, lobby, dakwah dan lain-lain. Bukan dengan cara perang fisik, tapi perang pemikiran.

Ketika saya menjadi redaktur Tabloid Suara Islam (2014-2015), Munarman sering berkunjung dan saya, mas Aru Syeif (pemimpin redaksi) dan kawan-kawan, sering diskusi bareng. Dalam diskusi itu sering cerita, ngobrol-ngobrol dan guyon bersama. Dalam diskusi yang cukup akrab itu saya tidak pernah mendengar dari Munarman setuju dengan aksi-aksi pengeboman atau kriminalitas di tanah air. Entah kalau polisi punya bukti-bukti lain, saya tidak tahu.

Bahkan Munarman cerita bagaimana ia membantu survei seorang kepala daerah di Palembang, pertemuannya dengan Denny JA dan lain-lain. Munarman juga banyak kenal dengan aparat kepolisian. Dengan mantan Kapolri Tito Karnavian juga ia kenal baik. Jadi kalau melihat intelektualitas dan pergaulan luas politiknya, di luar akal sehat saya kalau Munarman terlibat dalam aksi terorisme di tanah air. Selain menjadi pengacara dan aktif di FPI, Munarman juga berjualan empek-empek di rumahnya. Munarman sebagaimana Habib Rizieq setuju memperjuangkan Islam lewat demokrasi.

Tapi keadilan dan pengadilan di negeri ini memang sedang diuji. Habib Rizieq dan anak buahnya, hanya punya kesalahan kecil -soal kerumunan- diancam penjara. Jangan-jangan Munarman kesalahannya juga kecil juga. Saya tidak tahu apakah mengadakan kerumunan di luar negeri dikenai sanksi pidana juga. Jangan-jangan Indonesia menjadi negara teraneh di dunia, kerumunan di masa pandemi Covid dihukum. Karena tidak semua kesalahan harus dihukum pidana.

Munarman memang pernah punya kesalahan berantem di Monas (2008) dan menyiram teh kepada Dr Thamrin Amal Tamagola. Tapi ‘kekerasan’ yang dilakukan Munarman terukur, tidak sampai melenyapkan jiwa seseorang (membunuh).

Negeri ini tidak akan maju, adil makmur bila orang-orang yang baik ditangkapi dan dipenjara. Meski dipenjara Habib Rizieq dan kawan-kawan diperlakukan baik, tapi hukum yang pilih kasih (tidak adil) itu, menjadikan sistem hukum menjadi rusak di Indonesia.

Bila pemerintah, polisi dan pengadilan tidak memutuskan perkara dengan adil, kepada siapa lagi rakyat berharap? Dari jauh saya hanya mendoakan semoga Munarman, Habib Rizieq dan lain-lain tetap tegar terus untuk memperjuangkan aspirasi umat Islam di negeri ini. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Penulis kolom suaraislam.id.

Artikel Terkait

Back to top button