LAPORAN KHUSUS
Trending

New Zealand, Nikmat Allah Mana Lagi yang Kalian Dustakan?

Story Highlights
  • Teringat saat survey, Bapak Tantowi Yahya, Dubes Indonesia di NZ mengatakan, NZ mendapatkan predikat negara terdamai di dunia. Bahkan mendapat julukan negara paling Islami.

Saat mencetak tiket di domestic airport “Nyi Iteung saba NZ” ini kembali kikuk. Pertama kalinya mengurus tiket perjalanan sendiri, ke luar negeri pula. Biasa tinggal duduk manis. Tinggal terbang. Tau-tau sampe. Tapi, ‘no worry about‘, sekian kalinya petugas membantu dengan cara yang menenangkan. Alhamdulillah perjalanan cukup mulus hingga tujuan, Wellington. Angin kencang, khas Wellington yang windy, menyapa kami. Kencang, dingin, tapi sejuk. Berasa baru datang dari luar yang panas kemudian masuk dalam ruangan ber-AC. Nyeuuss.

Teringat saat survey, Bapak Tantowi Yahya, Dubes Indonesia di NZ mengatakan, NZ mendapatkan predikat negara terdamai di dunia. Bahkan mendapat julukan negara paling Islami. Dan Ibu Karmela, marketing bidang pendidikan perwakilan Dubes NZ di Indonesia mengatakan belum pernah terlihat ada rombongan sebanyak ini mengunjungi NZ. Dan agenda kunjungannya pun sangat berbeda dengan kunjungan study pada umumnya.

Di sana tidak pernah terjadi huru-hara apalagi kasus penembakan. Pernyataan tersebut tentu membuat kami penasaran ingin segera ke NZ. Dan penasaran kami pun terjawab. Benar adanya, selama satu pekan di sana kami merasakan NZ negara yang damai, ramah, dan tenang. Bahkan terbersit serasa ingin tinggal di sana. Atau setidaknya bisa sering berkunjung ke NZ. Setiap mereka melihat rombongan kami, sambil tersenyum mereka lebih dulu menyapa,
“Hello”, “Hai”.
“Where are you from?”
“Awesome. You’re in very large!”.
“Welcome to NZ”
“Enjoy your time here”
“Don’t forget to go back here”

Dan muslim di sana juga tidak kalah ramahnya. Mereka pun menyapa duluan.
“Assalamu’alaikum”.
Tidak lupa sambil bersedakah senyuman juga untuk menambah keakraban.

Selama tinggal di masjid, kami dijamu dengan baik. Padahal diizinkan tidur meski beralas karpet kami sudah sangat senang. Mereka menyediakan snack malam. Mengizinkan kami menggunakan fasilitas masjid seperti dapur, ruang pertemuan untuk tidur, toilet, dan lain-lain. Bahkan ketika ada pertemuan komunitas umat muslim dari berbagai negara (India, Arab, Afrika, dll) mereka mengajak makan malam bersama. Kami menolak karena ada agenda penting untuk diskusi di Almadina School, tidak jauh dari masjid, tentang kebijakan halal di NZ yang dijelaskan oleh Pa Moes asal Malang, Indonesia, selaku pemberi kebijakan halal di NZ. Mereka merasa kecewa bahkan marah karena kami menolak. Dengan penuh perhatian Syekh pemimpin masjid dan kepala sekolah Almadina merasa kasihan khawatir kami kelaparan mengantarkan banyak makanan ke sekolah. Sambil makan kami diajak berdiskusi santai dan menghibur kami dengan menyanyikan lagu-lagu nasyid. Selesai makan kami diantar satu persatu dengan menggunakan van karena Syekh tidak tega melihat kami berjalan kaki di malam hari dalam keadaan suhu udara yang sangat dingin. Dan mereka dengan ikhlas rela bulak-balik menjeput kami karena kapasitas van tidak bisa sekaligus mengangkut 113 orang. Sesampainya kami di masjid Syekh membawakan mesin penghangat ruangan dari rumahnya yang tidak jauh dengan masjid. Begitulah muslim sesungguhnya, tidak ingin melihat saudaranya kesusahan. Saling tolong menolong.

NZ tidak hanya mengenalkan kami pada warga yang ramah tapi alamnya ikut menjamu kami dengan hangat. Menyuguhkan air minum jernih yang tidak perlu kami masak dahulu namun tidak membuat kami sakit malah sebaliknya bertambah bugar meskipun bekal selama kami disana hanya bubur instant dan coklat. NZ juga menyajikan buah-buahan yang sangat segar, terlihat seperti bebas virus. Susu sapi murni yang terasa berbeda. Lebih lezat dan gurih. Daging domba yang lezat. Tidak berbau. Bahkan tidak membuat pusing setelah memakannya. Udara yang bersih meski sangat dingin tapi tidak membuat kami sakit atau pusing. Justru membuat napas lega. Berasa kesejukannya mengalir hingga paru-paru. Yang sering sesak napas, asma sembuh karenanya. Tanpa perlu obat. Mungkin inilah sebabnya kenapa NZ begitu ketat mengatur masuknya makanan, buah-buahan, dan lain-lain yang datangnya dari luar untuk menjaga kebersihan dan kejernihan alam di sana. Hijau. Warna-warni bunga yang cantik. Bebas virus.

Jamuan lain yang membuat kami takjub ketika perjalanan dari Wellington kembali ke Auckland untuk persiapan pulang. Alam seolah-olah ikut mengantarkan kepulangan kami dengan menyajikan pertunjukan perpisahan yang sangat indah. Gunung es di sebalah kiri jalan, pelangi di sebelah kanan yang melengkung hingga menyentuh tanah ikut mengawal kepergian kami. Aliran air sungai yang jernih menambahkan merdunya alunan musik pertunjukan. Air laut dan pulau-pulau kecil di tengahnya, bukit-bukit yang bergelombang hijau menambah keindahan lukisan Sang Pencipta Alam Semesta. Memanjakan penglihatan kami. Kantuk tidak terasa padahal kami sangat kelelahan. Tidak ingin melewati kesempatan menikmati lukisan yang Maha Dahsyat itu. Sungguh Maha Karya yang sangat agung. Tidak ada Illah lain yang mampu meniru-Nya. Domba-domba dan sapi-sapi bagian dari pertunjukan, mempertontokan kepada kami betapa bahagianya mereka hidup di alam bebas. Menikmati dengan aman dan nyaman hijaunya rumput yang terlihat begitu segar dan beraroma manis tanpa harus di ikat dibagian kaki atau leher. Mereka seolah-olah membuat kami iri dan ingin ikut menikmati kebebasan itu dan sajian alam yang sangat lezat. Itulah yang membuat hasil olahan hewan ternak di sana terasa berbeda. Lebih lezat. Segar. Tidak berbau.

Selama pertunjukan alam itu tanpa sadar air mata menetes, rasa syukur yang teramat dalam. Tidak ada yang mampu memberikan rasa syukur yang dahsyat itu selain Allah Yang Maha Agung. Maha Kaya akan Alam Semesta. Dan dengan sendirinya bibir ini terus memuji keagungan Maha Karya Allah SWT.

Masyaallah, NZ. Nikmat Allah mana lagi yang kalian dustakan?”

Predikat negara terdamai, bahkan julukan paling Islami bagi negara manapun merupakan harga diri yang patut dipertahankan dan dijaga. Yang dilakukan seorang teroris bernama Brenton Tarrant beberapa hari yang lalu sungguh membuat NZ ‘shocked!’ Bahkan negara lain. Harga diri tercoreng. Predikat yang sudah sangat melekat itupun terkikis. Berkurang rasa aman. Namun tidak menurunkan keramahan dan toleransi yang sudah melekat. Terbukti dengan banyaknya ucapan belasungkawa dan karangan bunga di depan halaman masjid Kilbirnie, Wellington, sebagai rasa empati yang sangat tinggi. Bahkan mereka ikut menjaga masjid dan membantu membelikan keperluan orang-orang muslim yang masih takut untuk ke luar rumah.

NZ, semoga ini merupakan pertanda cahaya Islam akan semakin terang benderang di sana. Menuntun kepada jalan yang gelap. Cahaya yang juga bisa menggandeng kembali pelangi kepada makna yang sahih. Yaitu Maha Karya Allah yang patut disyukuri bukan untuk dijadikan simbol yang digunakan oleh kaum yang berperilaku tidak sesuai fitrah manusia.

Semoga Allah mengizinkan dan menolong NZ mengembalikan predikatnya sebagai negara terdamai di dunia melalui cahaya Islam yang kaffah.

[Anita Wahyuni, S.Pd]

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button