SUARA PEMBACA

Palestina, Sampai Kapan Terus Menderita?

Polisi Israel menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid al-Aqsa Yerusalem sebelum fajar pada Rabu (5/4), kata saksi mata. Penyerangan semacam ini bukan kali pertama, sudah banyak serangan serupa dilakukan, dan kerap terjadi saat warga Palestina sedang beribadah di bulan Ramadhan.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, tujuh warga Palestina menderita luka akibat peluru dan pemukulan dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks Masjid al-Aqsa. Ia menambahkan bahwa pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai masjid.

Kekerasan Israel di Tepi Barat Palestina yang diduduki telah melonjak selama setahun terakhir dan ada kekhawatiran bahwa ketegangan dapat meningkat bulan ini, karena bulan suci Ramadhan bertepatan dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen. Pun gesekan di kompleks Masjid al-Aqsa telah memicu kekerasan dalam beberapa tahun terakhir (Liputan6.com, 06/04/2023).

Kejadian yang menimpa rakyat Palestina jelas telah diketahui oleh dunia bahwa serangan yang mereka dapatkan bukanlah sekali dua kali saja, tetapi telah sering kali dan berulang-ulang. Baik itu terjadi di bulan suci ramadan ataupun di luar bulan suci Ramadhan.

Sungguh miris rakyat Palestina, mereka nampak tak lepas dari derita dan air mata dari tahun ke tahun. Seolah tak ada kedamaian yang mereka dapatkan, baik dalam menjalani kehidupan ataupun dalam beribadah.

Negeri lain pun bukan tak membantu persoalan negeri tersebut, tapi bantuannya tak mampu membantu persoalan utama yang mereka hadapi, karena sekadar bantuan seperti makanan dan obat-obatan. Padahal derita yang mereka alami berupa serangan fisik. Jadi jika serangan fisik yang didapat rakyat Palestina, lalu negeri lain membantu berupa sandang dan pangan, apakah hal itu mampu membantu menyelesaikan masalah mereka?

Selain itu, di manakah para aktivis HAM (hak asasi manusia) yang selama ini selalu berkoar-koar dalam menyuarakan hak asasi setiap orang jika mereka mendapakan perlakuan diskriminasi atau ketidakadilan? Apakah hal itu tak berlaku bagi rakyat Palestina? Entahlah akan bertanya ke mana lagi.

Pun tak kalah ketinggalan di mana peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) selama ini? Bukankah tujuan utama PBB di antaranya adalah menjaga perdamaian dan keamanan dunia dan menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.

Jika sudah seperti itu, ke manakah rakyat Palestina akan meminta bantuan? Apalagi permasalahan yang selama ini mereka dapatkan telah terjadi secara berulang-ulang, tanpa tahu kapan akan berakhir penderitaan yang mereka alami.

Padahal dalam Islam, umat Islam digambarkan bagaikan satu tubuh, sebagaimana hadis Rasulullah Saw, ”Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis tersebut mengajarkan bahwa kaum mukmin seharusnya secara otomatis mampu merasakan penderitaan dan kesulitan yang dialami saudaranya yang lain. Sambil ia berusaha agar penderitaan dan kesulitan saudaranya itu berkurang hingga hilang semuanya.

Lalu bagaimana dengan kondisi kaum muslim saat ini, apakah telah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw? Jika melihat penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina, nampaknya usaha yang dilakukan umat muslim di negeri lain belum begitu berarti. Karena bantuan yang diberikan bukan untuk menghilangkan serangan yang mereka alami, tapi lebih pada bantuan pengobatan, makanan dan yang menujunag kehidupan mereka.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button