NUIM HIDAYAT

Politik Gincu Versus Politik Tasawuf

Pemimpin yang mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri. Para ahli manajemen mengatakan ‘pemimpin itu yang terakhir makan’. Ia memastikan anak buahnya makan dulu, sebelum ia makan. Ia memastikan rakyatnya semua bisa makan, sebelum ia makan. Ia memastikan rakyatnya semua bisa menikmati fasilitas pendidikan, sebelum keluarganya menikmati fasilitas itu. Ia memastikan rakyatnya semua punya rumah atau bisa membayar kontrak rumah bulanan, sebelum ia tenang tidur di rumah.

Seperti kata tokoh Islam Masyumi, Kasman Singodimedjo, ‘Leiden is Lijden.’ Pemimpin itu menderita. Pemimpin itu harus berani menderita. Pemimpin itu harus berani memikirkan rakyatnya 24 jam.

Bila pemimpin gincu menuruti hawa nafsu dan hidup bermewah-mewah, maka pemimpin tasawuf (pemimpin sejati) senantiasa menggunakan akalnya, menuruti wahyu dan hidup sederhana.

Saatnya kita memperbanyak pemimpin sejati dan ‘memberantas pemimpin gincu’. Bila bukan kita, siapa lagi. Bila bukan sekarang kapan lagi. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button