SUARA PEMBACA

Promosi Maksiat di Balik Gemerlap Liberalisme

Hedonis dan permisif adalah gaya hidup yang melekat dengan generasi dalam paparan budaya Barat hari ini. Bahkan Indonesia yang notabenenya berpenduduk mayoritas muslim, turut mengadopsi gaya hidup tersebut tanpa disadari. Terbukti, banyak kelab malam diizinkan beroperasi selama memenuhi syarat administratif. Padahal sejatinya di dalam kelab malam tersebut banyak aktivitas melanggar syariat, mulai dari adanya minuman beralkohol alias miras, terbukanya aurat, hingga perzinaan.

Adapun salah satu kelab malam terbesar di Indonesia dan memiliki 36 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di negeri ini adalah Holywings. Keberadaannya cukup dikenal oleh para penikmat kehidupan malam, khususnya generasi milenial. Namun beberapa waktu belakangan, Holywings tersandung masalah tersebab promosi minuman beralkohol gratis untuk yang bernama ‘Muhammad’ dan ‘Maria’.

Holywings sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di sektor food and beverages yang didirikan sejak tahun 2014 oleh PT Aneka Bintang Gading. Adapun perusahaan tersebut memiliki tiga produk, yakni Holywings Bar, Holywings Club, dan Holywings Restaurant.

Gemerlap Kapitalisme Liberal

Keberadaan kelab malam sendiri sejatinya merupakan sebuah masalah jika dipandang dari sudut pandang Islam. Sebab aktivitas di dalamnya berisi hal-hal yang jauh dari tuntunan kehidupan seorang muslim, melainkan memfasilitasi gaya hidup bebas ala Barat. Di tambah lagi, adanya promosi minuman beralkohol gratis bagi pemilik nama ‘Muhammad’ dan ‘Maria’ kian membuka tabir bahwa gemerlap kapitalime liberal tengah menjadi ancaman nyata bagi generasi muda.

Ya, industri minuman keras yang memang dilegalkan di negeri ini menunjukkan bahwa kapitalisme tak menjadikan standar halal-haram sebagai timbangan atas kebolehan produk yang diperjualbelikan. Selama ada profit, maka produk apa pun dapat diperjualbelikan di negeri ini. Sungguh ironis!

Demikianlah prinsip ekonomi kapitalisme yang diadopsi oleh negeri ini. Supply dan demand saling berkaitan. Jika permintaan tinggi, penawaran mengikuti. Dalam hal miras, selama masih ada peminatnya, industri ini tetap lestari. Tentu saja hal tersebut juga ditopang oleh gaya hidup liberal yang terus saja dijajakan di benak-benak generasi muda. Ya, dengan gaya hidup liberal, para generasi muda menceburkan diri dalam gaya hidup hedonis apa Barat, termasuk di antaranya mengonsumsi miras dan akrab dengan kehidupan malam.

Jadi, sungguh gemerlap kapitalisme berkelindan dengan bercokol ya liberalisme di negeri ini. Ada simbiosis mutualisme di antara keduanya. Jika adanya liberalisme menjadikan korporat di sistem kapitalisme makin berkibar usahanya meski menjajakan produk yang melanggar syariat, maka adanya kapitalisme menjadikan liberalisme kian kental merasuki sendi-sendi kehidupan generasi.

Sebab, orientasi berbisnis tanpa mengindahkan aturan syariat, menjadikan gaya hidup bebas kian membudaya. Termasuk adanya promosi miras gratis oleh Holywings, sungguh kian menegaskan bahwa kapitalisme menjadi penopang bagi kian menjamurnya liberalisme.

Ancaman Nyata Generasi

Sungguh, keberadaan sistem kapitalisme liberal menjadi ancaman nyata bagi generasi muda. Betapa tidak, generasi muda diseret menuju kerusakan dengan gaya hidup tak kenal aturan, apatah lagi agama. Generasi muda muslim dijauhkan dari syariat Islam dengan bisikan bahwa Islam sekadar agama ritual yang mengatur urusan ibadah seorang hamba kepada Rabbnya semata. Sementara dalam urusan bergaul dan bermasyarakat, agama seolah “haram” ikut campur mengaturnya. Tak heran, jika negeri muslim terbesar di dunia ini justru tampak jauh dari identitas seorang muslim yang hakiki.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button