Rektor Paramadina Sebut Relawan Pendesak Presiden Tiga Periode sebagai Hama Demokrasi
Jakarta (SI Online) – Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, menyebut buzzer-buzzer hingga relawan tokoh politik tertentu yang menyuarakan perpanjangan jabatan presiden menjadi tiga periode sebagai kecoak. Mereka disebut Prof. Didik sebagai hama demokrasi.
Menurut Didik, dalam demokrasi hanya terdapat empat pilar, yakni eksekutif, legislatif, yudikatif, hingga pers.
Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik ini kehadiran buzzer dan relawan ini juga belum ada di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan baru muncul di era kepemimpinan Joko Widodo.
Baca juga: Waketum PD: Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Keinginan Jokowi
“Zaman SBY enggak ada, hanya periode ini kecoak-kecoak ini muncul, hama-hama demokrasi muncul dan hidup, dikasih genderang sama media juga,” ungkap Didik dalam sebuah diskusi secara virtual, Ahad (05/02/2023) seperti dilansir cnnindonesia.com.
Menurut Didik, para buzzer dan relawan itu menjadi alat untuk membentuk opini publik. Mereka yang disebut sebagai hama demokrasi ini yang menurutnya membuat rumah demokrasi Indonesia keropos.
Cendekiawan asal Madura ini mengatakan, keberadaan buzzer dan relawan tak ada dalam pilar demokrasi. Ia lantas menyebut, mereka hanya berada di bawah karpet kekuasaan.
“Coba bayangkan, demokrasi itu kan trias politika dasarnya. Kuasa kehakiman, pemerintah, DPR. Ada civil society, ada media. Relawan tuh di mana? Enggak ada, dia tuh di bawah karpet, di sela-sela, lubang-lubang tikus itu. Itu yang meramaikan tunda pemilu, (jabatan presiden) tiga periode,” paparnya.
Ia menjelaskan keberadaan relawan, buzzer, atau tim sukses sebetulnya bukan hal yang salah. Mereka memang dibutuhkan, namun hanya untuk masa pemilu bukan saat-saat normal seperti sekarang.
“Lain kalau timses, itu kalau di masa pemilu. Ini di masa normal dia nempel di kekuasaan pemerintah menjadi alap-alap di bawah karpet. Dia bukan kementerian, bukan civil society seperti Muhammadiyah atau NU. Mereka ini alap-alap,” jelas Didik.
“Jadi kita demokrasinya tuh banyak tikus dan kecoak-kecoak, itu relawan itu. Saya berani katakan,” imbuhnya.