NUIM HIDAYAT

Selamatkan Indonesia dengan Al-Qur’an

Melihat perjalanan bangsa ini, maka tidakkah sebagai bangsa Indonesia kita mulai berpikir apa yang salah dengan bangsa ini? Seperti diketahui bahwa dalam sebuah negara ditentukan dua hal. Pertama sistem negara itu, kedua pemimpin-pemimpin yang menjalankan sistem itu.

Melihat Pancasila sebagai dasar negara yang telah berlangsung lebih dari 75 tahun tidak bisa mengatasi masalah bangsa, harusnya para tokoh Islam Indonesia mulai berfikir membicarakan kembali tentang dasar negara. Pancasila memang tidak bertentangan dengan Islam (Al-Qur’an). Tapi bagi seorang Muslim bila disuruh memilih Pancasila atau Al-Qur’an tentu lebih memilih Al-Qur’an. Pancasila hanya lima sila (lima asas), sedangkan Al-Qur’an terdiri dari ribuan sila.

Saatnyalah tokoh-tokoh Islam di DPR/MPR membicarakan dasar negara kita kembali, agar bangsa ini bisa melesat menjadi bangsa yang maju, adil dan makmur. Seperti tahun 1956-1959, tokoh-tokoh kita membicarakan masalah dasar negara.

Melihat perjalanan bangsa ini, penulis merasa bahwa saatnyalah sekarang Al-Qur’an dijadikan dasar negara untuk bangsa ini. Karena Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah SWT, sedangkan Pancasila adalah hasil kreasi manusia. Bila Al-Qur’an dijadikan landasan bangsa, maka rakyat Indonesia –khususnya yang mayoritas Muslim- akan merasa bergembira sekali. Mereka akan sekuat tenaga membela dan membangun negara. Negara Indonesia akan menjadi negara yang kokoh dan rakyat akan maju, adil dan makmur.

Al-Qur’an telah diteliti oleh para ahli psikologi, ahli politik, ahli ekonomi dan lain-lain bahwa ia adalah mukjizat terbesar untuk manusia. Dari manapun bidang ilmu menelitinya, Al-Qur’an memancarkan cahaya. Al-Qur’an adalah solusi bagi manusia baik sebagai individu, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia.

Allah SWT berfirman, “Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana, Maha Teliti.” (Hud 1)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika (Al-Qur’an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur’an) itu adalah Kitab yang mulia, Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.” (Fushilat 41-42)

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.” (al Hijr 87)

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (al Isra’ 9)

“Dan Kami turunkan kepadamu al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an Nahl 89)

“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat mengambil pelajaran. (Dialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertaqwa.” (az Zumar 27-28)

“Dan sekiranya Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah patut (Al-Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat 44)  []

Nuim Hidayat, Penulis Buku Agar Umat Islam Meraih Kemuliaan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button