NASIONAL

Tips Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Zaitun Rasmin Agar Ramadhan Sukses

Jakarta (SI Online) – Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara, Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin, mengatakan tujuan Ramadhan adalah membentuk pemenang sejati.

“Ramadhan itu bulan tarbiyah, bulan pembinaan dan bulan penumbuhan. Bulan-bulan selanjutnya, kita lahir sebagai pribadi yang istimewa, yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi pemenang sejati. Itulah tujuan Ramadhan,” ungkap Ustaz Zaitun saat menjadi narasumber Kajian Akbar Spesial Akhir Ramadhan yang diselenggarakan Ummat TV, Kamis (6/5/2021).

Sebagai bulan tarbiyah, Ramadhan menuntun umat untuk mengendalikan diri dan mengendalikan emosi.

“Tarbiyah tentang pengendalian diri, pengendalian nafsu. Pengendalian nafsu dari untuk menguasai, untuk memiliki, untuk menikmati apa-apa yang tidak diridhai Allah yang tidak dihalalkan Allah,” jelas Ustaz Zaitun.

Menurut Ustaz Zaitun, apa-apa yang bukan menjadi hak kita, jangan diambil. Kemudian, apa-apa yang bukan untuk kita, jangan kita kuasai. “Karena itu akan berujung ke neraka,” tegas Ustaz Zaitun.

Terkait pengendalian emosi, Ramadhan melatih umat untuk melakukannya. Emosi merupakan hal yang buruk, berbahaya.

“Ketika Ramadhan, dan ada orang yang menyerang kita, maka kita mengatakan, ‘Saya sedang berpuasa’. Puasa datang mentarbiyakan kita. Kendalikan emosi. Jangan sekali-kali membalas. Apakah kita harus melawan? Kita harus menghindar. Jangan membalas, tahan emosi. Ini perlu saya sampaikan,” kata Ustaz Zaitun.

Pada Kajian Akbar ini hadir pula Ustaz Abdul Somad sebagai narasumber. Dalam tausyiahnya, UAS, demikian sapaan karibnya menyampaikan tiga poin.

Pertama, nikmat Ramadhan. Dikatakan UAS, begitu banyak orang yang menginginkan hidup pada Ramadhan, tetapi telah dipanggil Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Berapa banyak orang yang ingin hidup pada Ramadhan, tetapi lebih cepat keinginan, dipanggil Allah. Begitu hidup sangat singkat,” jelas UAS.

Nikmat Ramadhan ini tentu kita perlu disyukuri dengan memperbanyak amal shalih. “Maka jadikan Ramadhan ini seperti Ramadhan terakhir,” ujar UAS.

Selanjutnya, Ramadhan mengenalkan umat tentang hawa nafsu. Menurut UAS, hawa nafsu tidak diperkenalkan dengan teori. Islam bukan agama teori. Islam agama praktek.

“Dengan Ramadhan, kita disadarkan bahwa hawa nafsu ini besar sekali keinginan kita, hausnya, laparnya, dahaganya. Tetapi begitu azan magrib berkumandang, minum tiga teguk air, makan tiga butir kurma maka hilanglah dia semua,” ungkap UAS.

Dalam kehidupan, lanjut UAS, manusia memiliki keingina menumpuk harta, keinginan memiliki harta yang mewah, kendaraan yang mahal, hingga perhiasan yang cantik. Itu semua hanya mimpi-mimpi indah, ketika malaikat maut mencabut nyawa, itu semua tinggal kenangan saja.

“Shalat tiga rakaat di tengah malam, bershalawat, pernah turut membebaskan tanah untuk pesantren, tangan yang mengusap anak yatim, itulah yang kita bawa (ke akhirat). Lainnya fatamorgana. Lainnya tinggal cerita,” kata UAS.

Untuk itu, pada poin ketiga UAS menyampaikan soal amal jariyah. Kekal abadi adalah dalam bentuk amal jariyah. Di antaranya pembebasan tanah. Pembebasan tanah untuk pesantren, untuk rumah tahfiz Qur’an. Itulah yang menjadi melapangkan alam barzakh kita. Menerangi alam kubur kita,” tandas UAS.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button