MASAIL FIQHIYAH

Wajibkah Berwudhu Usai Mandi Junub?

Rasulullah Saw tidak berwudhu lagi setelah mandi janabat. Hal ini dinyatakan oleh hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud, An Nasaiy, At Tirmidzy dan Ibnu Majah dari Aisyah.

Dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw tidak lagi mengambil air sembahyang sesudah mandi janabat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasaiy, dan Ibnu Majah).

Sedangkan mengenai ketentuan batalnya wudhu karena menyentuh kemaluan dinyatakan oleh hadis riwayat Abu Dawud, At Tirmidzy, An Nasaiy dan Ibnu Majah dari Busrah binti Shafwat dan hadis riwayat Thalaq bin Ali: Nabi Saw bersabda: ‘Barangsiapa menyentuh kemaluannyya, maka jangan salat sebelum berwudhu.” (Ditakhrijkan oleh Empat Ahli hadis).

Masih ada lagi hadis yang menguatkan hal tersebut seperti hadis riwayat Ahmad dari Amr bin Syu’aib dari hadis riwayat Ibnu Hibban dari Abu Hurairah. Jadi jelas, menyentuh kemaluan membatalkan wudhu.

Tetapi bagaimana cara Nabi Saw melakukan mandi junub sehingga kemudian sesudah itu tidak berwudhu lagi?

Untuk menjawab hal itu perlu memperhatikan bagaimana cara Nabi mandi. Pada waktu Nabi mandi menyentuh kemaluan sebelum wudhu sehingga setelah selesai mandi tidak perlu lagi wudhu.

Perhatikan bagaimana Nabi Saw melakukan mandi wajib. Aisyah ra berkata: “Ketika mandi janabah, Nabi Saw memulainya dengan; mencuci kedua tangannya, kemudian beliau menumpahkan air dari tangan kanannya ke tangan kiri, lalu mencuci kemaluannya, kemudian berwudhu seperti wudhu-nya orang shalat, kemudian beliau mengambil air lalu memasukkan jari-jari tangannya ke sela-sela rambutnya, dan apabila ia yakin semua kulit kepalanya telah basah maka beliau menyirami kepalanya tiga kali, kemudian beliau membersihkan seluruh tubuhnya dengan air, dan kemudian di akhir beliau mencuci kakinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan memperhatikan hadis di atas jelas bahwa Nabi tidak mengulang wudhu karena beliau menyentuh (membersihkan) kemaluannya saat sebelum wudhu.

sumber: muhammadiyah.or.id

Artikel Terkait

Back to top button