Di Qatar, Din Syamsuddin Sampaikan Pesan Lawan Ujaran Kebencian dan Islamofobia
Jakarta (SI Online) – Usai menghadiri pertemuan di Kazan, Rusia, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menuju Qatar untuk menghadiri 14th Doha International Interfaith Conference, yang digelar pada Selasa-Rabu, 24-25 Mei 2022.
Pada pertemuan ke-14 tahun ini, konferensi dibahas tema utama “Religion and Hate Speech: Scripture and Practices” (Agama dan Ujaran Kebencian: Kitab Suci dan Praktik).
Din Syamsuddin hadir pada sesi tentang faktor dan akibat ujaran kebencian. Mantan Ketua Umum MUI itu menegaskan, ujaran kebencian bertentangan dengan ajaran agama manapun.
Dalam Islam, kata Din, seorang muslim dianjurkan untuk mengatakan ucapan yang baik atau lebih baik diam.
”Ujaran kebencian yang memenuhi jagad manusia, baik bentuk fobia terhadap sesuatu agama seperti Islamofobia ataupun labelisasi terhadap sesuatu kelompok adalah sumber malapetaka peradaban. Pelaku-pelakunya adalah kaum perusak,” katanya.
Ujaran kebencian, menurut Guru Besar FISIP UIN Jakarta ini, sesunggguhnya lahir dari rasa ketakutan atau inferioritas terhadap kelompok lain. Maka sejatinya ujaran kebencian, apapun bentuknya, adalah sikap irrasional yang hanya dilakukan oleh orang-orang pengecut tidak bertanggung jawab.
”Sudah waktunya umat manusia cinta kebenaran dan kedamaian, untuk bangkit bersama melawan kelompok pengecut ini, seperti para buzzer, baik yang bekerja karena kebodohan maupun yang menjadikannya sebagai mata pencaharian,” tuturnya.
Terhadap mereka ini, kata mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini ini, cukup disambut dengan tertawa sambil didoakan untuk mendapat hidayah ilahi. Terhadap yang keterlaluan memang pantas diadukan ke proses hukum.
Sementara Ketua Dewan Direksi Doha International Center for Interfaith Dialogue (DICID), Dr Ibrahim bin Saleh Al Nuaimi, mengatakan konferensi dua hari sekarang ini sebenarnya dijadwalkan pada 3 dan 4 Maret 2020 lalu. Tetapi ditunda karena pandemi.
“Konferensi tahunan ini diadakan secara berkala dan dihadiri oleh lebih dari 300 tokoh dari sekitar 70 negara, selain peserta dari Qatar. Konferensi ini merupakan forum akademik dan diskursif reguler antara para pemikir dan perwakilan dari tiga agama monoteistik, kelompok ulama terpilih, akademisi, dan pemimpin pusat-pusat dialog antaragama dari seluruh dunia,” kata Dr. Al Nuaimi.
Dia mengatakan, ujaran kebencian merupakan pelanggaran dan pelemahan hak asasi manusia yang merupakan salah satu isu agama dan kemanusiaan terpenting saat ini yang perlu disorot dan ditekankan.
red: a.syakira/pwmu.co/gulf-times.com