Warga Gaza Derita Kelaparan, Bantuan Internasional Tidak Cukup
Kairo (SI Online) – Warga Gaza harus mengemis untuk mendapatkan roti dan harus membayar hingga 50 kali lipat dari biasanya untuk membeli bahan pangan, juga menyembelih seekor keledai agar keluarga bisa makan.
Kelaparan massal terjadi karena truk-truk bantuan makanan tidak dapat menjangkau sebagian besar wilayah Palestina yang dibombardir Israel itu.
Israel terus menggempur Jalur Gaza untuk mencapai tujuannya menghancurkan Hamas, sehingga membuat konvoi bantuan hampir tidak mungkin bergerak dan menjangkau orang-orang yang kelaparan.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan kemanusiaan, OCHA, Kamis (14/12) mengatakan keterbatasan distribusi bantuan terjadi di daerah Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, tempat hampir setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza diperkirakan tinggal saat ini.
“Di wilayah lain di Jalur Gaza, distribusi bantuan sebagian besar terhenti karena intensitas permusuhan dan pembatasan pergerakan di sepanjang jalan utama,” kata kantor tersebut.
Seorang warga, Abdel-Aziz Mohammad (55 tahun), mengungsi dari Kota Gaza di utara untuk berlindung di rumah teman-temannya di wilayah selatan bersama keluarga dan kerabatnya yang berjumlah total 30 orang.
Ia mengaku mendengar adanya bantuan tetapi sama sekali belum pernah melihatnya.
“Bantuan? Bantuan apa? Kami mendengarnya namun tidak melihatnya,” ujarnya.
“Dulu saya punya rumah besar, dua lemari es berisi makanan, listrik, dan air mineral. Setelah dua bulan perang ini, saya mengemis untuk sepotong roti,” ungkapnya melalui sambungan telepon.
“Ini adalah perang kelaparan. Mereka (Israel) memaksa kami keluar dari rumah kami, mereka menghancurkan rumah dan bisnis kami dan mendorong kami ke selatan di mana kami bisa mati karena bom mereka atau mati kelaparan,” lanjutnya.
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Kamis menyatakan bahwa orang-orang yang kelaparan menghentikan truk bantuan untuk mengambil makanan dan langsung memakannya.
Di Gaza utara, yang terdampak serangan militer Israel antara 7 Oktober dan awal gencatan senjata pada 24 November, pertempuran sengit kembali terjadi dan hampir tidak ada bantuan yang masuk sejak gencatan senjata berakhir pada 1 Desember.