ALIRAN SESAT

Baha’iyyah Mazhab Sesat

Sebelum mati, Mirza Ali telah memilih dua pengikutnya untuk melanjutkan gerakannya. Shub ‘Azal yang berdomisili di Cyprus dan Baha’ullah yang bertempat tinggal di Adrinah (Adrionopel), wilayah Turki. Pengikut Baha’ullah merupakan mayoritas dalam mazhab ini. Mazhab Baha’iyyah sendiri dinisbatkan kepada Baha’ullah, sehingga disebut Baha’iyyah. Belakangan, Pemerintahan Turki Utsmani membuang Baha’ullah ke ‘Akka.

Di ‘Akka, Baha’ullah membukukan mazhab syiriknya. Ia menentang Al-Qur’an untuk menentang kitab “Al-Bayan” yang dikarang gurunya dan mulai menulis dalam bahasa Arab dan Persia. Karyanya yang populer adalah “Al-Aqdas”. Ia mengatakan bahwa semua yang terkandung dalam bukunya itu diwahyukan kepadanya. Ia mengaku kekal bersama kekelan Dzat Yang Mulia. Sejumlah aturan dalam syariat Islam dia ubah, seperti membuat hukum keluarga baru dengan melarang poligami, melarang talak dan membuang konsep ‘iddah pada wanita yang bercerai. Kemudian ia juga menghapus salat berjamaah, mengubah arah kiblat dari Ka’bah di Makkah ke tempat dimana Baha’ullah tinggal. Ia juga membatalkan semua ketentuan yang dibawa Islam mengenai hukum halal dan haram dalam jual beli, makanan dan lainnya serta menempatkan akal pada posisi syariat Islam dalam menetapkan hukum-hukum itu.

Kejayaan Baha’ullah berakhir dengan kematiannya pada Mei 1892. Aliran Baha’iyyah sangat agresif perkembangannya di negeri-negeri Islam pada masa kolonialisme, karena ia didukung oleh musuh-musuh Islam. Aliran ini, seperti ditulis penulis buku Al-Aqidah wa al-Syariah sebagaimana dikutip Syekh Abu Zahrah, menyebar luas di berbagai kawasan Amerika Serikat dan bahkan bermarkas di Chicago. Wallahu a’lam bissawab.

(Shodiq Ramadhan)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button