#Bebaskan PalestinaNASIONAL

Diskusi dengan MER-C, Romo Magnis: Saya akan Pakai Kata ‘Syalom’ Jika Palestina Merdeka

“Palestina itu bukan masalah Islam saja, karena orang Kristen di sana di Palestina, ada Katolik, Ortodoks, macam-macam, semua orang Arab, semua itu penduduk Palestina dan mereka sama. Saya kira itu penting sekali. Tapi tidak apa-apa kalau Islam sangat kuat mendukungnya,” tambahnya.

Namun ia mengakui bahwa situasi di Palestina pada umumnya tidak mudah, masalahnya konflik politis kemanusiaan dan etis. Ia sepakat bahwa orang Palestina baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza berhak atas kebebasan penuh dan itu berarti mempunyai negara berdaulat. Permasalahan Jerusalem menurutnya lebih kompleks sedikit.

Romo Magnis mengaku setuju dengan solusi dua negara (two-state solution) sebagai jalan untuk menyelesaikan persoalan.

“Saya tidak melihat hal lain daripada two-state solution. Israel tetap, Palestina West Bank tetap. Dulu termasuk Jordan, sebelum perang enam hari. Itu juga masih posisi mengapa bukan satu negara. Tapi kalau satu negara sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi itu tidak mungkin untuk Israel karena mayoritas di sana orang Arab. Israel tidak membangun negara Israel sebagai pelarian dari segala macam lalu mendapat mayoritas Arab, jadi itu tidak mungkin,” tambahnya.

Namun ia menegaskan bahwa yang membuat two-state solution itu sulit dan menurutnya itu sabotase Israel adalah pemukiman-pemukiman, dimana menurutnya ada keterlibatan Amerika Serikat. Pemukiman dimulai sekitar tahun 1971 dan sekarang ada sekitar 2,8 juta orang Palestina Arab, juga banyak Kristen di situ walau mayoritas Islam. Namun agama menurutnya tidak menjadi masalah. Kini sudah lebih dari setengah juta Yahudi dengan 1.600 rumah baru akan didirikan.

“Lalu bagaimana AS memberi semacam two-state solution, dimana lalu pemukiman itu termasuk Israel dan Israel juga menuntut sungai Jordan, lalu yang tinggal dari Palestina itu apa?” ujarnya. Ia menganalogikan hal ini membuat wilayah Palestina menjadi seperti keju Swiss, keju yang ada lubang-lubangnya. Itu tidak akan mungkin,” ujarnya.

Jadi lepas dari masalah etika, menurutnya Israel mengira bisa selamanya menindas masyarakat Arab di Tepi Barat. Tentu tidak. Ia mencontohnya apartheid di Afrika yang juga tidak bisa dipertahankan untuk selamanya.

Situasi ini diperparah lagi dengan dukungan terhadap Palestina di kalangan Arab Islam yang menurut pengamatannya semakin menipis.

“Tahun-tahun terakhir ini beberapa negara Arab yang sudah membangun hubungan diplomatik dengan Israel dan membuat situasi lebih mantap bagi Israel. Israel mengira sekarang anginnya pro, dalam hal ini Amerika Serikat selaku mendukung. Eropa tidak begitu. Kalau negara-negara Timur Tengah diam-diam mendukung Israel. Indonesia menurut pandangannya tentu tidak mau mendukung Israel, karena manfaatnya sangat sedikit dan memberi senjata bagi golongan Islam terutama yang keras untuk bereaksi.”

Romo Magnis menekankan bahwa meskipun Palestina bukan masalah Islam, tapi dalam kenyataan Islam penting di situ.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button