LAPORAN KHUSUS

Kecurangan Pilpres 2019: Terstruktur, Sistematis, Masif dan Brutal?

Setelah pencoblosan, kecurangan berikutnya perjadi saat penghitungan suara. Situng KPU, meski hasilnya tidak menjadi dasar penetapan pememang pemilu, tetapi dalam proses inputnya ditemukan banyak sekali kesalahan. BPN Prabowo-Sandi, terakhir melaporkan bila mereka menemukan hampir 74 ribu kesalahan input pada Situng KPU. Mereka mendesak agar proses Situng KPU dihentikan saja. Dicurigai, Situng KPU ini disetting sedemikian rupa agar sesuai dengan hasil quick count lembaga survei.

Semua bentuk-bentuk kecurangan dalam Pemilu 2019 ini diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia. Foto,gambar, video, suara beredar secara cepat melali aplikasi WhatsApp. Karena itu bila pemerintah, KPU, dan Bawaslu menganggap tak ada masalah serius dalam Pemilu 2019, nanti akan melahirkan amarah rakyat. Amarah itulah yang dikhawatirkan melahirkan sebuah kekuatan rakyat.

Mencermati fakta-fakta kecurangan yang dinilai berlangsung secara TSM inilah, Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional, sebagai kelompok yang mendukung Prabowo-Sandi akhirnya menggelar Ijtima ketiga di Sentul, Bogor pada Rabu, 1 Mei 2019 lalu.

Setelah menyimpulkan bila proses pemilu 2019 dipenuhi kecurangan yang TSM, Ijtima Ulama mendesak agar Bawaslu mendiskualifikasi paslon 01. Kepada BPN, Ijtima Ulama merekomendasikan agar melakukan perjuangan secara syar’i dan konstitusional dalam melawan kecurangan dan kejahatan serta ketidakadilan.

Pemilu yang Memilukan

Di luar persoalan kecurangan yang diduga berlangsung secara terstruktur, sistematis dan massif (TSM), Pemilu 2019 ini melahirkan suasana yang memilukan.

Betapa tidak, hingga tulisan ini dibuat pada Sabtu malam (04/05), jumlah petugas KPPS yang meninggal usai Pemilu mencapai 440 orang. Sementara itu jumlah petugas KPPS yang sakit juga bertambah menjadi 3.788 orang, sehingga total petugas yang sakit dan meninggal dunia 4.228 orang.

Direktur Relawan BPN Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan, mengaku sangat terpukul atas tragedi tersebut. Ferry mengungkapkan, 200 orang korban Bom Bali telah mampu membuat negara dan dunia berkabung, sementara Pemilu yang korban meninggalnya hampir 500 orang negara seolah biasa-biasa saja. “Bayangkan apa yang terjadi,” kata Ferry.

Ferry memandang proses pemilu sekarang sangat tidak wajar hingga membuat ratusan petugas KPPS meninggal dunia. Untuk itu, ia mengusulkan dilakukan autopsi agar penyebab meninggalnya ratusan petugas KPPS tersebut bisa diketahui. Apalagi, jika meninggalnya ratusan petugas KPPS itu hanya karena faktor kelelahan.

MER-C Indonesia menyatakan, faktor kelelahan jarang mengakibatkan kematian. Menurut MER-C, banyaknya petugas KPPS yang meninggal merupakan fenomena yang luar biasa.

“Tugas kita adalah membuka mata masyarakat seluas-luasanya supaya bertanya mengembangkan daya kritis, apa yang terjadi, orang yang paling depan dalam proses demokrasi ini tiba-tiba meninggal,” ujar Ketua Tim Mitigasi Kesehatan Bencana Pemilu 2019 dari MER-C, Agus Sudarmadji.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button