NUIM HIDAYAT

Kepemimpinan Islam

Keberhasilan Rasulullah Saw dalam mendidik sahabat-sahabat sehingga memunculkan mereka menjadi pemimpin umat, tentu mengundang decak kagum para peneliti sejarah. Rahasia apa yang ada dengan semuanya itu?

Syekh Abul Hasan an Nadwi, Ulama Besar India mencoba menjawab pertanyaan besar ini. Menurutnya, pertama sebabnya karena umat Islam menjunjung tinggi Al-Qur’an yang merupakan wahyu Ilahi dan berpegang pada hukum-hukumNya. Mereka tidak menuruti nafsunya sendiri. Mereka juga tidak bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain dalam pergaulan sehari-hari. Al-Qur’an menyatakan,

“Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS al An’am 122)

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al Maidah 8)

Kedua, umat Islam mengambil alih kepemimpinan dunia dengan terlebih dahulu ditanamkan pembinaan akhlak dan jiwa oleh Rasulullah Saw. Beliau dalam waktu yang cukup lama membersihkan jiwa mereka, mengasuh mereka, membiasakan mereka hidup zuhud, jujur, tidak mementingkan diri sendiri, takut kepada Allah dan pantang mengejak kekuasaan karena serakah. Sehingga Rasulullah menyatakan, ”Demi Allah, kami tidak akan menyerahkan tugas pekerjaan itu (kepemimpinan) kepada orang yang memintanya atau kepada orang yang menginginkannya.” (HR Bukhari Muslim).

Allah SWT juga mengingatkan,

تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al Qashash 83)

Mereka menyadari bahwa kepemimpinanya itu kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, baik hal yang kecil maupun besar.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS an Nisa’ 58)

وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ الْاَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْۗ اِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ

“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS al Anam 165)

Ketiga, Mereka bukan manusia-manusia yang mengabdikan diri kepada bangsa atau ras. Mereka bukan pula wakil-wakil rakyat atau tokoh nasional yang bekerja untuk mewujudkan kesejahteaan dan kemaslahatan bangsa atau tanah airnya saja. Mereka juga bukan orang-orang yang berfikir bahwa mereka diciptakan Allah untuk menjadi penguasa-penguasa, sedangkan bangsa-bangsa lain untuk dikuasai.  Mereka menjadi pemimpin karena ingin membebaskan manusia dari kesesatan menyembah manusia dan menarik mereka agar menyembah Allah Yang Maha Esa semata.

Ini tercermin dalam ucapan Ribi’ bin Amir, utusan kaum Muslimin kepada Raja Persia, ”Allah menciptakan kami untuk mengeluarkan manusia dari kesesatan menyembah manusia dan mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa. Untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dunia ke suasana yang bercahaya dan untuk mengeluarkan mereka dari kezaliman agama-agama lain ke dalam keadilan Islam.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button