NUIM HIDAYAT

Ketika Goenawan Mohamad Anti Islamisme

Maka menurut cendekiawan Islam Mesir ini, ”Secara etimologis istilah ad Din dalam bahasa Arab memberi empat macam arti (Ibnu Manzhur, Lisan al Arab, entry dana). Pertama, mempunyai arti hak untuk menguasai, mendominasi, memerintah dan menaklukkan. Kedua, memberi arti mirip dengan arti pertama akan tetapi berbeda penekanannya, yaitu patuh, tunduk, pasrah dan merendahkan diri. Ketiga, memberi arti syariah dan rambu-rambu jalan yang harus dipatuhi, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Keempat, memberi arti batasan atas perbuatan, pengadilan dan perhitungan neraca amal.” Dalam bukunya ini, sayangnya Imarah tidak membahas tentang Islam politik.

Islam politik atau Islamisme memang istilah baru yang dihadirkan intelektual Barat untuk memojokkan Islam. Mereka menginginkan Islam hanya sebagai nilai ruhiyah, sebagaimana agama-agama lain. Mereka trauma ketika Islam pernah berjaya membentuk peradaban yang agung lebih dari 1300 tahun di dunia.

Tentu saja, wajar kelompok-kelompok Islam berbeda dalam memahami hubungan Islam dan politik. Contohnya dalam konsep demokrasi. Partai Masyumi di Indonesia, Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Jamaat Islami di Pakistan misalnya, tidak serta merta menolak demokrasi. Tapi mereka mencoba meng-Islamkan demokrasi. Mencari titik temu antara demokrasi dan Islam.

Mohammmad Natsir, tokoh Masyumi, misalnya mengajukan konsep teistik demokrasi, demokrasi yang berketuhanan. Abul A’la Maududi mengajukan konsep teodemokrasi. Yakni sistem politik Islam itu gabungan dari teokrasi dan demokrasi. Syekh Yusuf Qaradhawi ulama yang sangat dihormati pengikut Ikhwanul Muslimin menyatakan hal yang senada.

Natsir menyatakan bahwa hal-hal yang tidak bertentangan dengan ‘prinsip Islam’ bisa dimusyawarahkan. Hal yang bertentangan dengan prinsip Islam, tidak bisa dimusyawarahkan. Misalnya judi, minuman keras dan pelacuran yang jelas haram dalam Islam, tidak bisa dimusyawarahkan untuk legalisasinya dan seterusnya…

Hal ini berbeda dengan Hizbut Tahrir. Dalam konsepnya mereka menolak mentah-mentah demokrasi, tapi di lapangan politik praktis mereka, ‘menerima demokrasi’. Selain Hizbut Tahrir kelompok ‘Salafi Haraki’ juga menolak demokrasi.

Tapi, baik Masyumi, Hizbut Tahrir, Salafi, Ikhwanul Muslimin dan Jamaat Islami sama-sama menginginkan dunia ini kembali Islami. Mereka sama-sama merasakan dunia yang kini dikuasai peradaban Barat, melahirkan peradaban materialisme. Peradaban yang cenderung menghormati materi dan mengesampingkan jiwa. Peradaban yang lebih menonjolkan adu senjata daripada ‘adu ilmu’. Dan sayangnya sekulerisme peradaban Barat ini melanda juga di dunia Arab.

Bila ditelaah secara mendalam, maka konsep politik Islam penuh dengan adab atau akhlak yang mulia. Hampir semua kelompok Islam, termasuk Hizbut Tahrir, menginginkan sebuah pemerintahan yang Islami diraih dengan cara damai. Negara Madinah yang dibentuk Rasulullah bersama sahabat-sahabat yang mulia, berhasil mewujud dengan cara damai dan tanpa kekerasan sama sekali.

Tapi mereka yang anti Islam biasanya dengki bila kaum Muslimin berhasil mengendalikan pemerintahan. Lihatlah FIS di Aljazair ketika tahun 1991 berhasil menang dalam pemilu, kemudian dibubarkan dan anggota-anggotanya dibunuh dan diburu oleh militer di sana (kerjasama dengan Barat). Erdogan yang kini memegang pemerintahan Turki dan mencoba melakukan Islamisasi di sana, terus diguncang prahara. Tahun 2016 lalu, ada gerakan kudeta untuk mendongkelnya. Saddam Husein –meski pemerintahannya tidak Islami—tapi karena membangun angkatan bersenjata yang digdaya yang dapat mengancam Israel dan Amerika, tahun 2003 diinvasi dan dihancurkan. Sehingga timbul ISIS dan Irak mengalami krisis sampai sekarang, karena Amerika memaksa dirinya menguasai ladang-ladang minyak di negara 1001 malam itu.

Di Mesir, Ikhwanul Muslimin berhasil menang dalam pemilu yang demokratis pada tahun 2012. Tapi kemudian dikudeta paksa oleh Jenderal as Sisi pada 2013 sehingga Presiden Mursi lengser (hingga wafat dalam tahanan pada Juni 2019 lalu). Kudeta berdarah as Sisi dan tindakan-tindakan kejamnya kemudian menewaskan ribuan kaum Muslimin di Mesir, khususnya jamaah Ikhwanul Muslimin.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button