NASIONAL

Ketum HKTI: Sektor Perunggasan Sekarat, Pemerintah Harus Turun Tangan

Jakarta (SI Online) – Sektor perunggasan nasional, pedaging (broiler) dan petelur (layer), kondisinya sangat memprihatinkan. Harga pakan naik, sementara pada saat bersamaan harga jual daging dan telur turun.

“Sektor perunggasan ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, bahkan sekarat. Setiap hari para peternak merugi. Harga pakan jagung dan pakan jadi tiap hari naik harganya, sementara harga daging ayam dan telur ayam justru turun. Untuk telur bahkan bukan turun lagi tapi nyungsep,” tegas Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon melalui pernyataan tertulisnya kepada Suara Islam Online, Senin (13/9/2021).

Dalam pantauan HKTI, harga Jagung yang merupakan komponen terbesar dari pakan ayam sudah mencapai Rp6.000-6.200 per kilogram. Padahal harga acuan konsumen untuk Jagung dengan kadar air 15% harganya Rp4.500.

“Harga jagung sudah naik Rp1.500-Rp1.700 per kg dari harga acuan Permendag No. 7 Tahun 2020. Barangnya juga langka. Pemerintah khususnya Kementan, Kemendag, dan Bulog harusnya bisa stabilkan harga dan jamin ketersediaan jagung untuk peternak. Kalau tak bisa dipenuhi oleh produksi nasional dan karena darurat, dimaklumi buka kran impor jagung terbatas,” kata Fadli.

HKTI juga memantau bahwa kenaikan harga jagung tak dinikmati oleh petani jagung secara maksimal. Yang dapat untung adalah pedagang dan perusahaan pakan ternak.

Permendag No. 7 tahun 2020 sudah dengan jelas mengatur harga acuan pembelian jagung, di tingkat petani Rp3.150 dan harga acuan penjualan di konsumen Rp4.500. Jika ada anomali harga, Permendag mengamanatkan dilakukan penyelamatan dan stabilisasi via Bulog atau perusahaan umum yang ditunjuk pemerintah.

“Tapi sampai sekarang saya lihat tidak ada upaya serius dari pemerintah untuk stabilkan harga sesuai perintah Permendag,” lanjut Fadli.

Tingginya harga dan langkanya ketersediaan Jagung, dalam kalkulasi HKTI, telah membuat harga pokok produksi (HPP) untuk 1 kg telur dan daging ayam menjadi naik signifikan. Malangnya, harga jual (terutama telur) malah turun parah. Harga di kandang untuk 1 kg telur saat ini berkisar Rp14.000-Rp15.000.

“HPP telur untuk harga jagung normal (Rp4.500,- red.) saja sudah Rp19.000, peternak sudah rugi Rp5.000 untuk setiap 1 kg telur. Apalagi kalau pakai harga jagung sekarang, ruginya jadi Rp6.500 per kg telur. Peternak rugi besar,” ungkap Fadli.

Harga acuan untuk 1 kg telur, berdasarkan Permendag No. 7 tahun 2020, untuk harga di kandang adalah Rp19.000-Rp21.000, tentunya dengan patokan harga jagung Rp4.500. Seharusnya, harga acuan telur dengan naiknya harga jagung adalah Rp20.500-Rp21.000 per kg.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button