SUARA PEMBACA

Kontemplasi Hardiknas 2020 di Tengah Pandemi

Asas sekularisme menambah rusak wajah sistem pendidikan. Prinsip mencari keuntungan di setiap pelayanan publik membuat fasilitas pendidikan tidak merata.

Berhitung untung rugi dalam menyediakan fasilitas pendidikan. Ada sekolah yang lengkap fasilitasnya, namun ada juga yang seadanya. Jangankan bersistem online, ruang kelaspun kurang.

Teknologi hari ini berada dalam kendali ideologi kapitalisme. Ideologi yang bersifat destruktif ini menjadikan teknologi untuk memuluskan langkahnya menguasai dunia. Ketika sainstek Barat, pengusung ideologi kapitalisme, menjadi kiblat, di saat itulah peradaban Barat ikut meracuni generasi muslim. Having fun dan mental illness menjadi ciri generasi milenial bentukan Barat.

Adapun sistem Islam, keberadaan saintek dalam rangka memudahkan manusia meraih gelar hamba Allah. Gelar itu hanya bisa didapat dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menghindari semua laranganNya. Itulah yang melandasi Abbas Ibnu Firnas menemukan cikal bakal pesawat terbang, untuk memudahkan berhaji menuju Mekkah. Dan ketika imuwan muslim mendalami ilmu falaq adalah dalam rangka memudahkan penentuan waktu shalat.

Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam dengan landasan akidah. Akidah akan selalu menautkan seorang hamba pada Rabbnya, hingga perilaku-perilaku baik akan menjadi habit setiap individu.

Jika kedepannya seperangkat sistem IT diperlukan untuk menggantikan keberadaan kertas dan pena. Maka, Integrasi internet dalam pendidikan di back up penuh oleh negara. Sama seperti masa kekhilafahan Abbasiyah. Universitas Cordova menyiapkan kertas dan pena secara gratis bagi pelajarnya.

Uograding para pendidik dilakukan secara kontinu. Mind set long live education dimiliki para guru, hingga takkan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki. Negara juga memfasilitasi para guru untuk menambah ilmu dan keterampilan.

Akan ada reward yang fantastis bagi para guru atas dedikasinya yang tinggi dalam mendidik. Masa Khalifah Umar bin Khattab, seorang guru digaji dengan 15 dinar, 1 dinar setara dengan 4.25 gram emas. Jika dikonversikan dengan harga emas sekarang (Rp800.000/gram) maka akan didapatkan angka Rp51.000.000,00.

Pengadaan sistem IT yang tak murah, jaminan kesejahteraan bagi guru, memerlukan dukungan sistem ekonomi yang stabil. Sistem ekonomi Islam dengan konsep kepemilikannya telah menjamin kesejahteraan rakyat sekligus pendanaan bagi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan.

Dengan Al-Qur’an surah Al-Mujadalah ayat 11, merupakan landasan bagi penguasa negeri untuk menyediakan akses pendidikan yang bermutu dengan segala fasilitasnya secara murah bahkan gratis kepada seluruh rakyat. Wallahu a’lam.

Mahrita Julia Hapsari, M. Pd
(Praktisi Pendidikan)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button