RESONANSI

Merdeka dengan Semangat Perubahan

78 tahun Republik ini telah merdeka. Di titik inilah momentum peringatan kemerdekaan tahun ini harus dimulai adanya langkah dan perspektif cara pandang ke masa depan dengan perubahan. Kenapa?

Negeri ini hari ini sekarang ini tengah salah arah dan haluan. Selama nyaris satu dekade ini perjalanan membangun tengah berada tidak on the right track. Menyimpang dan melenceng jauh dari garis dasar dan lurus orbital serta atmosfir konstitusional, Pancasila dan UUD 1945.

Bahkan, dipandang dari sisi dunia medis, negeri ini tengah sakit berat dan kronis. Sedang tidak baik-baik saja.

Bahkan, jika tidak segera dilakukan perawatan intensif dan darurat —dengan tindakan medik dan obat-obatan perubahan yang esensial, substansial dan signifikan — negeri yang tengah dilanda penyakit angina pectoris politik ini, bisa membuncah mendadak koma, memicu serangan jantung membuat mati suri —-sebagaimana mati surinya fungsi-fungsi lembaga dan komisi tinggi negara saat ini.

Tidak berfungsinya lembaga infrastruktur negara itu dikarenakan pembuluh-pembuluh nadinya tengah dihambat oleh ambisi serakah kemauan commond and command of baricade otoritarianisme otoriter Istana.

Harus nurut manut perintah meski ”tegak bengkok” bak jongos badut sekalian: DPR, MK dan MA hasil produk-produk hukumnya itu sungsang dan timpang.

Karena adanya imbalan yang membuat kenyang perut buncit mereka sampai buritnya beledus : UU Omnibuslaw, UU IKN, UU BRIN, UU KPK, UU KUHP dan yang terbaru UU Kesehatan.

Yang dipicu kekuatan “tegangan dan tekanan tinggi” lebih dan sangat besar lagi untuk memaksakan ketergantungan konspiratif para pengkhianat dan bajingan tengik ini di circle kelembagaan Presiden itu dengan oligarki korporasi:

Yang ujung-ujungnya, adalah distribusi korupsi meraup cuan megalomania itu dibagi-bagi ke mereka yang sesungguhnya hanya kepada segelintir elite orang yang mengatasnamakan koalisi partai-partai dan lembaga-lembaga negara itu.

Bahkan, sudah bukan rahasia umum lagi, di kabinetnya sebagai kaki tangan dan pembantu kelembagaan Presiden ini ada adagium disebut Kabinet Penguasa-Pengusaha:

Di bawah kursi dan meja besar kekuasaan Presiden dengan para Menko dan menterinya menjulurkan panjang dan banyak tentacles kepentingan vested interested oligarki korporasi: sebagai prioritas misi utama negara berburu proyek-proyek infrastruktur megalomania berbasis komersial antara ambisi, nafsu-serakah dan materialisme mereka.

Contohnya, ketiga megalomania proyek yang sesungguhnya penuh dengan pertaruhan bagi penegakan kedaulatan harga diri bangsa yang tak ternilai itu: proyek IKN, KCBJ dan menguras SDA material tambang: tak lebih, adalah permainan konspirasi rezim penguasa dengan oligarki korporasi. Dan RRC Tiongkok, adalah poros bagi keduanya.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button