NUIM HIDAYAT

MUI Diangkat, Dr Zain Diinjak

Menurut pengamat terorisme Al Chaidar, JI mulai tahun 2007 sudah tidak melakukan lagi aksi-aksi teror. Mereka telah beralih menjadi gerakan dakwah dan kemanusiaan. (Lihat: Kapolri Bebaskan Ustaz-Ustaz Kami). Tapi, ‘Juru bicara Densus’ Benny Mamoto menjelaskan bahwa JI dibawah Para Wijayanto telah memperbarui gerakannya. Kalau dulu pedoman gerakan JI hanya 40 halaman, kini menjadi 400 halaman.

Para Wijayanto, kata Benny, telah menyusun buku inti strategi ‘tamkin’ yang isinya termasuk cara membangun jaringan dan menggalang dana. Salah satu cara penggalangan dana adalah melalui kotak amal yang disamarkan sehingga masyarakat tidak tahu siapa di balik kotak amal tersebut. “Mereka bahkan punya bisnis legal sebagai sumber dana untuk mengelola organisasi, termasuk memberangkatkan ratusan anggotanya ke Suriah,” terang Benny Jozua Mamoto, Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Anggota DPR terkemuka, Fadli Zon mengritik keras aksi Densus dalam penangkapan terduga teroris. Berkaitan dengan kotak amal ini. “Densus 88 versus Kotak Amal. Islamofobia akut,” kata Fadli.

Yang menarik penyataan Ansyaad Mbai, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurut Ansyaad, JI dulu, menitikberatkan jihad lewat bidang kemiliteran untuk merebut kekuasaan. Sedangkan sejak 2013 hingga sekarang, mereka melakukan reformasi dengan melakukan jihad lewat bidang politik. “Mereka membentuk partai politik, lihat aja dia (Farid Ahmad Okbah) menjadi ketua PDRI dan ini strategi mereka justru menghidupkan partai-partai untuk mengonsolidasikan,” kata Ansyaad.

Perkataan Ansyaad ini membuktikan ketidakkonsistenannya. Ia dulu pernah menerangkan bahwa mereka yang berjuang lewat parlemen atau partai politik yang resmi maka mereka bukan teroris. (Sayang saya tidak menemukan penyataannya ini dalam jejak digital).

Jadi kini bila perjuangan lewat parlemen juga dicurigai atau ditangkap, umat Islam yang ingin memperjuangkan aspirasinya, lewat apa? Padahal di parlemen itulah terjadi musyawarah antara aspirasi muslim dan non muslim. Mestinya Densus tidak menangkap orang-orang yang memperjuangkan Islam lewat jalan damai. Indonesia adalah negara demokrasi atau musyawarah, bukan negara yang otoriter seperti China.

Dan bagi umat Islam, kita berharap husnuzan terhadap guru-guru Islam yang tidak pernah melakukan aksi terorisme. Jangan menginjak Ustaz Zain dkk, dengan cara mengangkat MUI.

Karena Polri sampai sekarang tidak bisa membuktikan aksi terorisme tiga guru Islam yang cerdas itu, maka mereka perlu didukung. MUI juga perlu didukung, karena ia adalah salah satu wadah penting bagi umat Islam dalam menyampaikan aspirasinya.

Al-Qur’an mengingatkan, ”Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS at Taubah 71).

Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button