INTERNASIONAL

Partai Oposisi Israel Dukung Serangan terhadap Iran

Tel Aviv (SI Online) – Israel harus menyerang Iran dalam setahun jika tidak ada kesepakatan nuklir yang tercapai, kata Menteri dari Likud MK Tzachi Hanegbi seperti diberitakan Times of Israel, Sabtu (30/10).

Dilansir Middle East Monitor, Ahad (31/10), Hanegbi mengatakan, mantan partai pemerintah Likud akan menawarkan dukungan penuh kepada pemerintah baru jika mereka memilih untuk melancarkan serangan militer ke Iran.

“Iran adalah ancaman eksistensial. Kami memberikan dukungan penuh kepada pemerintah ini jika keputusan dibuat untuk menyerang. Kami berada di persimpangan keputusan tentang masalah Iran,” kata dia.

Mantan perdana menteri dan sekarang-pemimpin oposisi Benjamin Netanyahu telah menjadi kritikus vokal pemerintah Naftali Bennett tentang masalah Iran.

Ini terjadi ketika pembicaraan antara AS dan Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 telah terhenti, dengan AS memberi gambaran ‘keprihatinan besar’ tentang kegiatan nuklir Iran.

Israel secara konsisten mengadvokasi serangan terhadap Iran, dengan Netanyahu dilaporkan berusaha memprovokasi mantan Presiden AS Donald Trump untuk mengambil tindakan militer langsung terhadap Iran.

Sementara itu, di sela-sela Pertemuan G20 para pemimpin Barat, Amerika Serikat, Jerman, Prancis dan Inggris mendesak Iran untuk melanjutkan kepatuhan dengan kesepakatan nuklir 2015 untuk “menghindari eskalasi berbahaya”, Reuters melaporkan.

Para pemimpin dari empat negara, berharap dapat membujuk Teheran untuk menghentikan pengayaan uranium yang diduga untuk kepentingan senjata nuklir. Mereka mengatakan menginginkan solusi yang dinegosiasikan.

“Ini hanya akan mungkin jika Iran mengubah arah,” kata Presiden AS Joe Biden, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam pernyataan bersama.

“Kami menyerukan kepada Presiden (Ebrahim) Raisi untuk mengambil kesempatan ini dan kembali ke upaya itikad baik untuk menyelesaikan negosiasi kami sebagai hal yang mendesak. Itulah satu-satunya cara pasti untuk menghindari eskalasi berbahaya, yang tidak untuk kepentingan negara mana pun, ” kata mereka setelah bertemu di sela-sela KTT Kelompok 20.

Kesepakatan nuklir 2015 terurai setelah Presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri darinya pada 2018, mendorong Iran untuk melanggar berbagai batasan pengayaan uranium.

Red: Agusdin/Middle East Monitor

Artikel Terkait

Back to top button