OPINI

Perspektif Politik “Anies-AHY”

Jakarta juga sebagai pusat pemerintahan, menaungi jalur aspirasi, administrasi dan birokrasi kedaulatan rakyat menyambungkannya ke jejaring kepada kedaulatan negara Indonesia sebagai simbol dan praksis kekuatan sinergi dan integrasi National State Building NKRI.

Tetapi, Jakarta sebagai pusat Indonesia, juga menjadi bagian plasma dari inti peredaran pergaulan mondial dan global berkompetisi dengan negara-negara lainnya di dunia. Secara kredibitas, kapabilitas dan responsibilitas , Anies diyakini akan mampu secara mumpuni mengelola dan mengejawantahkannya.

Sedangkan, AHY yang memang belum teruji di pemerintahan, namun sebagai seorang yang sudah terdidik di kalangan ke-TNI-an, AHY sebagai lulusan terbaik di bidang kemiliteran itu di tingkat nasional dan teruji di akademisi kemiliteran Intetnasional.

Meskipun, hingga hanya berpangkat mayor, sebagai perwira menegah dan masih berjiwa muda, sudah tentu semangat untuk mereformasi TNI, adalah tantangan buat kemajuan TNI itu sendiri yang selama ini memang tengah ditunggu-tunggu kehadirannya. Selama ini tidak ada tokoh seorang pun yang berani menunjukkan dan membuka kepeloporannya untuk benar-benar mereformasi TNI secara masif, sistematis dan struktur.

Karena TNI sudah lama, terutama semenjak era Orde Baru tercerabut dari akar fungsionalitasnya. TNI kemudian malah muncul menjadi kekuatan sentrifugal yang selalu menopangi kekuasaan Presiden seringkali dalam sejarah kekuasaan perkembangannya berwujud otoritarian-otoriter.

Soeharto menjadi Presiden dari Jenderal TNI, justru memelopori, terutama menarik para perwira tingginya dengan membuka kran Dwi Fungsi, menempatkannya para jenderal itu di posisi strategis di pemerintahan. Akibatnya, tanpa terasa yang terjadi justru pseudo-power odipus complex, para jenderal itu menjadi semakin berkuasa di mana-mana baik di rezim pemerintah sipil apalagi di rezim pemerintahan yunta militer itu sendiri.

Hingga di era reformasi kini pun, bahkan cenderung posisi para Jenderal itu sedemikian besar dan dalam praksis politik, mereka tidak saja menjadi penguasa politik, secara ekonomi mereka juga banyak yang menjadi pengusaha, dan ketika mereka ada di pemerintahan, legitimasinya semakin powerfull, menjadi penguasa-pengusaha.

Dan ini akan semakin berbahaya manakala kepentingan mereka kemudian bersentuhan dengan jejaring konglomerasi. Inilah kemudian muncul teristilahkan paling populer sebagai raksasa kampiun ologarki. Maka, jika rezim penguasa itu senang-senang bermain-main dengan kekuatan oligarki ini, Presiden yang sudah pasti memiliki istana, disebutnya sebagai “Istana Rezim Oligarki”.

Inilah disebut sebagai kredo-kekuasaan penyimpangan penguasa Jokowi, meskipun Jokowi adalah simbol kekuasaan sipil, justru terkesan semakin otoriter, dikarenakan dikelilingi para perwira tinggi militer yang berperan di semua lini strategis pemerintahannya.

Dan dalam sejarah reformasi di mana para rezim penguasa yang berlatar belakang perwira tinggi militer bisa dijatuhkan, bahkan dikudeta oleh para pejuang revolusioner justru datangnya dari kepemimpinan tokoh dari perwira menengah, seperti AHY sekarang ini.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button