NUIM HIDAYAT

Santri Elkisi dan Tradisi Menulis (Buku)

Menulis di zaman internet ini enak. Bila dulu menulis menunggu sehari atau beberapa hari untuk dicetak dan dipublikasi, maka saat ini menulis bisa langsung dengan cepat dipublikasi.

Hasil tulisan yang jadi, bisa dengan cepat dimuat di website, WhatsApp, Facebook dan lain-lain. Bila tulisan itu menarik, akan dibaca ribuan orang, ratusan ribu, bahkan jutaan. Akan mudah di-forward atau diviralkan kemana-mana. Benar, kata Sayid Qutb, satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, sedangkan satu tulisan bisa menembus jutaan kepala.

Abad ini adalah abad tulisan. Abad informasi. Abad peperangan informasi atau perang pemikiran. Mereka yang memenangkan peperangan pemikiran, akan bisa menaklukkan masyarakat, bahkan negara.

Kita perlu merenungkan firman Allah, dalam Al-Baqarah 216, “Diwajibkan atas kamu berperang. Padahal perang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu. Padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui. Sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Perang tentu tidak hanya perang fisik. Perang, juga mencakup perang pemikiran.

Perang pemikiran ini penting di zaman internet ini. Mereka yang menang dalam perang pemikiran, akan dapat menaklukkan akal dan hati masyarakat atau bangsa.

Perang pemikiran ini baik bagi para santri, aktivis Islam, dai, kiai dan seluruh umat Islam. Perang pemikiran ini akan membuat umat Islam lebih cerdas. Dan dapat membuktikan bahwa Islam itu yang terbaik. Islam itu mengatasi zaman. Islam itu satu-satunya agama yang dapat mengatasi krisis kemanusiaan dunia. Dan itu terbukti ketika ratusan abad lalu, Islam memberi pencerahan dan kebahagiaan kepada manusia dan dunia. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Penulis buku “Tokoh-Tokoh Islam yang Melukis Indonesia”.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button