NASIONAL

Sejumlah Ulama dan Habaib Tuntut Habib Rizieq dkk Dibebaskan

A. Bahwa pernyataan mereka bertiga tersebut bertujuan KLARIFIKASI terhadap berbagai berita HOAX di Media Sosial antara tanggal 23 – 28 November 2020 yang menginfokan bahwa kondisi Habib Rizieq Syihab parah dan kritis, bahkan tumbang dan sekarat. Padahal Faktanya kondisi Habib Rizieq Syihab tidak demikian.

B. Bahwa pernyataan mereka bertiga tersebut dimaksudkan untuk MEREDAM dan MENENANGKAN keresahan di kalangan Ulama, Habaib dan Ummat yang kala itu sangat khawatir akibat beredarnya berbagai berita HOAX tersebut. Dan Faktanya dengan KLARIFIKASI tersebut hilanglah keresahan, sehingga mereka semua menjadi tenang.

C. Bahwa pernyataan mereka bertiga tersebut sudah tepat dan benar, serta sesuai dengan AKHLAQUL KARIMAH yang diajarkan oleh Islam dan dijunjung tinggi oleh Bangsa Indonesia yang memegang teguh nilai-nilai suci Ketuhanan Yang Maha Esa serta norma-norma luhur Kemanusian yang Adil dan Beradab, dengan penjelasan sebagai berikut :

  1. Bahwa dalam Sahih Bukhori pada Hadits nomor 4447 diriwayatkan bahwa Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA keluar dari rumah Nabi Muhammad SAW saat beliau sedang sakit menjelang wafatnya.

Melihat Sayyidina Ali RA, para Shahabat yang ketika itu khawatir dan menanti kabar tentang kondisi Nabi SAW ramai-ramai bertanya: “Wahai Abul Hasan (Julukan Sayyidina Ali RA), bagaimana keadaan Rasulullah SAW saat ini ?” Sayyidina Ali RA menjawab :

“أصبح – بحمد االله – بارئا“.

Alhamdulillah, beliau dalam keadaan SEMBUH / baik-baik saja”.

Mendengar jawaban tersebut, Sayyidina Abbas bin Abdul Muttholib RA merangkul tangan Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA dan berkata kepadanya :

“إني واالله لأرى رسول االله صلى االله عليه وسلم سوف يتوفى من وجعه هذا إني لأعرف وجوه بني عبد المطلب عند الموت“.

Demi Allah, sungguh aku melihat (menduga) bahwa Rasulullah SAW akan wafat karena sakitnya ini, sungguh aku mengetahui tanda-tanda pada wajah keluarga Abdul Muthollib ketika ajal menghampiri mereka”.
(Lihat : Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, Fathul Bari, Juz 2 hal 188)

Apa yang dikatakan Sayyiduna Abbas RA menunjukkan bahwa saat itu Nabi SAW sedang berada pada puncak kondisi sakitnya menjelang wafat, namun mengapa Sayyiduna Ali RA mengatakan kepada PUBLIK bahwa Nabi saw SEMBUH / sehat / baik-baik saja ? Apakah beliau melakukan KEBOHONGAN PUBLIK !?

Tentu tidak ! Para ulama menjelaskan bahwa maksud dari jawaban Sayyidina Ali RA tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai bentuk menebar OPTIMISME dalam rangka menenangkan kecemasan para Shahabat Nabi SAW, sekaligus bentuk harapan agar Rasulullah SAW diberikan kesembuhan, meski pun kata-kata “Nabi SAW telah sembuh” yang dikatakan Sayyidina Ali RA berbeda dengan kenyataan pada saat itu bahwa Nabi SAW sebenarnya sedang SAKIT.
(Lihat : Al- Imam Ibnu ‘Allan, Al- Futuhat Ar-Robbaniyyah, jilid 2 hal 53)

  1. Bahwa dalam Hadits Sahih Bukhori lainnya (No : 4754), Sayyiduna Abdullah Ibnu Abbas RA menjenguk Ummul Mu’minin Sayyidah Aisyah RA ketika beliau sakit menjelang wafatnya, kemudian bertanya : “Bagaimana keadaanmu wahai Aisyah ?” Ummul Mu’miniin Sayyidah Aisyah RA menjawab :

“بخير إن اتقيت“.

“Aku baik selama aku bertaqwa”.

Sayyiduna Ibnu Abbas RA pun menjawab :

“أنت بخير إن شاء االله“.

Engkau selalu dalam keadaan baik, In-sya Allah.

(Lihat : Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, Fathul Bari, Juz 2 hal 355)

Apakah Sayyidah Aisyah RA dan Sayyiduna Ibnu Abbas RA melakukan KEBOHONGAN, karena mengatakan BAIK padahal SAKIT !?

Tentu tidak ! Bahkan dari Hadits ini, para Ulama menarik sebuah Kesimpulan Hukum berikut :

يستحب لمن سئل عن المريض أن يجيب بما يدخل السرور على السائل والمريض ويطمئن نفوسهما“.

Disunnahkan bagi orang yang ditanya tentang keadaan seseorang yang sakit agar menjawab dengan jawaban yang menggembirakan si penanya dan orang yang sakit, serta membuat tenang keduanya”.

(Lihat : Dr. Musthofa Diib Bugho, dkk, Nuzhatul Muttaqin Syarah Riyadhussholihinn, juz 1 hal 606)

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button