2021: Antara Optimisme vs Pessimisme (Bag.1)
Tak disangkal lagi tahun 2020 adalah tahun yang penuh dengan berbagai kesulitan dan tantangan. Bahkan tidak berlebihan jika disebut sebagai tahun yang kelam bagi dunia kita.
Hiruk pikuk politik dunia, termasuk US yang sedang teruji dengan kepemimpinan Donald Trump, memanas dan pada tingkatan tertentu menimbulkan kekisruhan bahkan korban jiwa. Mungkin yang paling terasa adalah terjadi friksi sosial yang dalam akibat perbedaan pilihan politik.
Kekerasan rasial juga masih terjadi di mana-mana. Di Amerika sendiri, di mana Rasisme merupakan penyakit historis negeri ini, kematian George Floyd di Minneapolis telah memicu demonstarsi serempak di seantero negeri. Gerakan Black Lives Matter seolah menemukan hidupnya kembali.
Kebencian kepada kelompok lain, termasuk kelompok agama, semakin menjadi-jadi akibat menaiknya politisi-politisi radikal golongan kanan atau Right Wing politicians. Salah satunya adalah Donald Trump di Amerika Serikat.
Terpilihnya politisi-politisi golongan kanan itu menguatkan kembali teroris putih dari kalangan White Supremacy. Akibat dari menguatkan kelompok rasis dan teroris putih ini adalah tumbuhnya kekerasan-kekerasan yang terjadi kepada penduduk non White di negara-negara mayoritas putih. Contoh yang paling diingat adalah pembantaian Saudara-Saudara Muslim kita di New Zealand (Selandia Baru).
Tapi dari semua itu yang paling terasa dan memilki dampak negatif yang masif adalah musibah virus Corona. Hingga hari ini di Amerika saja telah hampir 350 ribu kematian. Mereka yang terkapar Covid mencapai 20 juta lebih. Bahkan di tahun baru ini 157 ribu sedang dirawat di rumah-rumah sakit di Amerika.
Corona juga telah mengambrukkan perekonomian dunia. Bisnis-bisnis menengah ke bawah banyak yang berguguran. Jutaan manusia yang terpaksa kehilangan sumber penghasilan.