OASE

Amal yang Ahsan

Keikhlasan hanya tercapai jika diri merasakan kehadiran Allah dalam setiap amal. Merasa diawasi, dilihat dan didengar Allah. Hal inilah yang akan membimbing dirinya agar tak salah dalam berniat dalam beramal.  

Ikhlas tentu tak mudah karena membutuhkan keteguhan iman. Jika iman kuat, gawang keikhlasan akan terjaga. Sebaliknya jika iman lemah, gawang keikhlasan akan jebol oleh pujian, materi dan manfaat berskala duniawi.

Imam Fudhail bin Iyadh (guru besar Imam Stafi’i) berkata : ”meninggalkn amal karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik.dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkan mu dari keduanya” (kitab Al-Atsar Al waridah ‘Anil Aimmah fi Abwabil I’tiqad:1/159,dan Syu’ab Al-Imam no 6879).

Pedoman Amal

Syarat kedua yang harus dipenuhi agar amal menjadi ahsan adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Artinya setiap amal ada dalil-dalilnya yang merujuk pada sumber syari’at yaitu Al-Qur’an, hadits, ijma’ shahabat dan qiyas.

Allah SWT berfirman:

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr ayat 7).

Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”  (HR. Muslim).

Yang harus dipahami bahwa amalan muslim yang berdalil haruslah mutlak dalam setiap amal. Tak hanya mencakup amal ibadah ritual (shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya). Tapi juga amal dalam hal makanan, minuman, pakaian, akhlaq, pendidikan, ekonomi, pergaulan, sosial, budaya, hukum, pemerintahan dan sebagainya.

Di sinilah urgensi thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu). Karena hanya dengan ilmu, muslim dapat beramal secara ahsan dan terhindar dari kesesatan amal.

Patutlah diri mencontoh doa Umar bin Khattab terkait amal yang ahsan : “Ya Allah, jadikanlah perbuatanku semua benar dan jadikanlah amalku itu ikhlas karena Mu semata, dan janganlah Engkau jadikan amalku sama sekali karena ingin dipuji org lain”.  Wallahu a’lam bish-shawab. [Tuti]

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button