INTERNASIONAL

Bangladesh dan India Upayakan Percepat Repatriasi Rohingya

Dhaka (SI Online) – Pemimpin negara Bangladesh dan India sepakat mempercepat repatriasi pengungsi Rohingya yang “aman, cepat, dan berkelanjutan” ke Rakhine Myanmar, kata pernyataan bersama kedua negara.

“Mereka [Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan timpalannya dari India Narendra Modi] sepakat perlunya ‘upaya yang lebih besar’ memfasilitasi kembalinya [Rohingya],” mengutip pernyataan bersama kedua perdana menteri yang berisi 53 poin, lansir United News of Bangladesh.

Hasina sekarang berada di India dalam tur perdananya selama empat hari usai kembali terpilih sebagai perdana menteri untuk ketiga kalinya berturut-turut.

Sedangkan Modi menjamu Hasina di Rumah Hyderabad, New Delhi untuk pertama kalinya setelah terpilih untuk masa jabatan kedua berturut-turut.

Pernyataan bersama itu mencakup perbaikan situasi keamanan dan kondisi sosial ekonomi di Rakhine guna memulihkan kepercayaan Muslim Rohingya agar mau menjalani proses repatriasi.

Sebelumnya, upaya pemulangan Rohingya ke Myanmar selalu gagal karena perwakilan Rohingya enggan menjalani repatriasi tanpa hak kewarganegaraan, jaminan keselamatan, dan pembangunan pemukiman kembali di Rakhine.

Untuk repatriasi berkelanjutan Rohingya, India telah menyelesaikan proyek pertama membangun 250 rumah di Rakhine dan kini sedang bersiap untuk menjalankan proyek pembangunan sosial-ekonomi di Raknine.

Kelompok teraniaya

Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.

Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul ‘Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira’.

Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

sumber: anadolu

Artikel Terkait

Back to top button