RESONANSI

Buku “Tokoh-Tokoh Islam” Ini, Sayang Bila Dilewatkan

Salim pernah kerja di birokrasi pemerintah Belanda, tapi beberapa saat kemudian ia keluar. Ia juga pernah kembali ke kampungnya mendirikan sekolah di sana, selama lebih kurang tiga tahun. Tapi ia tidak betah di kampung dan akhirnya kembali ke kota di Jawa. Oleh komisaris besar polisi pemerintahan Belanda, Salim diutus untuk memata-matai gerakan Sarekat Islam dan Tjokroaminoto. Bukannya menyelidiki, malah ia akhirnya berteman akrab dengan Tjokro dan bergabung ke SI.

Setelah itu Salim terjun ke dunia jurnalistik (1915). Di Harian Neratja ia menjabat sebagai redaktur. Ia kemudian berpindah dan menjadi pemimpin redaksi di harian Hindia Baroe di Jakarta. Ia juga pernah mendirikan surat kabar Fadjar Asia.

Salim makin menonjol ketika menjadi salah satu pengurus besar Sarekat Islam. Ia sering diidentikkan dengan Tjokroaminoto, sebagai dwitunggal dalam pergerakan SI.”

Tentang Mohammad Natsir, penulis buku “Sayid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya” ini menceritakan,

“Dalam biografinya ”M Natsir Sebuah Biografi”, Ajip Rosidi melanjutkan: ”Lalu, dimulainyalah hidup sebagai seorang bebas yang bermaksud membaktikan dirinya buat Islam. Setiap hari dia pergi ke rumah Tuan Hassandi Gang Belakang Pakgade dengan sepeda untuk mengurus penerbitan majalah Pembela Islam dan pada malam hari ditelaahnya Tafsir Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya yang dianggap perlu, termasuk yang ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa Eropa lainnya. Dibacanya majalah-majalah tentang Islam dalam berbagai bahasa, seperti Islamic Review dalam bahasa Inggris, Moslemische Revue dalam bahasa Jerman, dan juga majalah al Manar dalam bahasa Arab yang terbit di Kairo. Penguasaannya atas bahasa Arab sebenarnya belum sebaik terhadap bahasa Inggris, Perancis atau Jerman-jangan dikata lagi bahasa Belanda- tetapi Tuan Hassan selalu mendesaknya agar dia membaca kitab-kitab atau majalah-majalah dalam bahasa Arab.

Hal-hal yang menarik hati dari majalah yang dibacanya itu, disarikannya untuk dimuat dalam Pembela Islam, dengan demikian dibukanya semacam jendela sehingga para pembacanya dapat mengetahui juga keadaan dan pendapat sesama Muslim di bagian dunia yang lain. Pikiran-pikiran Amir Syakieb Arsalan misalnya mendapat tempat yang luas dalam halaman-halaman Pembela Islam, karyanya yang terkenal menelaah mengapa umat Islam mundur, dimuat bersambung di dalamnya.”

Ketika menjadi menteri penerangan, Natsir juga menunjukkan keteladanannya. Ia tidak aji mumpung memanfaatkan jabatannya untuk menumpuk kekayaan dan bahkan ia tidak memerdulikan pakaiannya baru atau usang. “Saat pertama kali berjumpa dengannya di tahun 1948, pada waktu itu ia Menteri Penerangan RI, saya menjumpai sosok orang yang berpakaian paling camping (mended) di antara semua pejabat di Yogyakarta. Itulah satu-satunya pakaian yang dimilikinya, dan beberapa minggu kemudian staf yang bekerja di kantornya berpatungan membelikannya sehelai baju yang lebih pantas, mereka katakan pada saya, bahwa pemimpin mereka itu akan kelihatan seperti ‘menteri betulan’,” kata George McT Kahin, Guru Besar Cornell University.”

Walhasil, buku ini sayang bila dilewatkan. Para dosen, mahasiswa, aktivis, orang tua dan santri sayang bila tidak menyimak buku ini. Buku ini bisa menjadi panduan bagi anak-anak muda untuk memahami pahlawannya. Memahami tokoh-tokoh Islam yang melukis tanah air kita. Bagi yang berminat buku ini, bisa menghubungi 087881942666.

(Izzadina)

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button