LAPORAN KHUSUS

Indonesia Dirayu Normalisasi dengan Israel, Dijanjikan Apa?

Washington (SI Online) – Upaya Amerika Serikat (AS) mendorong Indonesia untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel mendapat sorotan dari pakar Washington. Para pakar mengulas apa yang akan diperoleh Jakarta bila menjalin hubungan dengan Tel Aviv.

Baru-baru ini Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaporkan mengangkat isu kemungkinan normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel dalam pertemuan dengan para pejabat di Jakarta.

Menurut laporan di Axios dan Walla, pemerintahan Joe Biden sedang mencoba untuk membangun Kesepakatan Abraham era Donald Trump dan melihat melampaui Timur Tengah ke negara-negara terbesar yang tidak mengakui Israel.

Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, adalah salah satu negara yang coba dibawa oleh pemerintahan Trump ke dalam Kesepakatan Abraham, meskipun negosiasi terhenti pada saat masa jabatan Trump berakhir.

Para pejabat AS dan Israel telah membahas cara-cara untuk memperluas Kesepakatan Abraham dalam beberapa bulan terakhir–dan Indonesia telah muncul dalam konteks itu.

Pada Ahad lalu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa masalah tersebut memang diangkat dalam pertemuan antara Blinken dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Menurut Nikkei Asia, Faizasyah menambahkan bahwa dalam pertemuan itu, Retno Marsudi menyampaikan sikap konsisten Indonesia terhadap Palestina bahwa Indonesia akan terus bersama rakyat Palestina memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan.

Dennis Ross, penasihat dan distinguished fellow di The Washington Institute for Near East Policy, mengatakan bahwa jika Indonesia melakukan normalisasi atau bahkan mengambil langkah normalisasi seperti membuka kantor perdagangan komersial dengan Israel, itu akan menjadi “big deal”.

“Negara mayoritas Muslim terbesar di dunia yang menormalkan hubungan dengan Israel, bahkan sebagai bagian dari proses, akan menandakan rekonsiliasi yang jauh lebih luas antara Muslim dan negara Israel,” katanya.

“Itu akan mencerminkan penerimaan yang lebih luas terhadap Israel di antara mereka yang secara historis telah menolaknya. Itu akan membuat isolasi Israel jauh lebih sulit,” paparnya, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (28/12/2021).

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button