NUIM HIDAYAT

Intelijen dalam Al-Qur’an dan Dakwah Rasulullah (1)

Kemenangan Perang Badr adalah hasil nyata dari perjanjian itu dengan gemilang, karena bersatunya warga negara menghadapi musuh. Akta Perjanjian yang sampai sekarang menjadi dokumentasi sejarah, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa ini, adalah sebagai Undang-Undang Dasar Negara Islam yang sampai sekarang tak pernah bisa seorang pun manusia mengritiknya, karena keadilan yang terkandung di dalamnya memang mutlak. Ketajaman pandangan intelijen Rasulullah memang tiada bandingannya (Prof Hamidullah menyebut Akta Perjanjian Madinah itu sebagai undang-undang dasar negara yang tertulis di dunia).

Bagi intelijen Islam, tugas mereka adalah menyelidiki dan membuat area studi terhadap semua negara yang akan dilancarkan dakwah Islam ke dalam negara sasaran itu, karena Muhammad Rasulullah untuk semua umat manusia. Sasaran dakwah dalam negeri dan luar negeri ini meliputi komponen: politik dan pemerintahan, biografi pejabat-pejabat penting, sosial budaya dan agama, ekonomi dan pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi, angkatan bersenjata dan intelijen, geografi dan lain-lain.

Intelijen militer adalah menitikberatkan ilmu tentang musuh yang perlu diselidiki segala sesuatunya baik dalam keadaan damai atau perang. Secara teknis mempelajari cara tindakan musuh, karakter, fisik, kesanggupan, keterbatasan materi musuh dan instalasi-instalasi obyek-obyek vital yang menjadi sasaran intelijen. Intelijen militer ini mengalami perkembangan pesat sejak terjadinya kemajuan teknologi: internet, kamera, radio, pesawat udara, komputer, radar, kekuatan nuklir, peluru kendali, satelit dan lain-lain.

Selidikilah bangsa-bangsa lain, golongan-golongan lain, lebih-lebih dalam damai, supaya intelijen Islam itu mengenal dunia, bangsa lain atau mungkin yang menjadi lawan nantinya. Al-Qur’an mengingatkan,

“Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bengsa dan bergolongan-golongan, supaya kamu mengenal mereka (arif).” (QS al Hujurat 13).

Begitu pula dalam keadaan perang, baik dalam keadaan perang panas maupun perang dingin, intelijen Islam diperintahkan Allah supaya tetap berfungsi: apakah musuh ingin damai atau itu hanya sebagai tipu muslihat belaka bagi musuh.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.” (QS al Anfal 61-62)

Rasulullah Saw menyatakan, ”Perang itu adalah tipudaya.” (Bukhari Muslim). Setiap pertempuran (perang fisik atau perang pemikiran) tak lepas dari siasat dan taktik. []

Nuim Hidayat, Direktur Akademi Dakwah Indonesia, Kota Depok.
Sumber: Rahnip MBA, Intelijen dalam Qur’an dan Dakwah Rasulullah, Al Ikhlas, Surabaya, tanpa tahun.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button